Malang (Antara Jatim) - Sedikitnya 60 persen dari sekitar 2.500 kilometer jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang, Jawa Timur, sudah berusia tua, bahkan masih ada sebagian yang peninggalan zaman Belanda. Direktur Teknik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang Teguh Cahyono di Malang, Jumat, mengakui jaringan pipa yang sudah tua itu sudah tidak mampu lagi menahan gempuran tekanan air yang cukup tinggi, sehingga rawan bocor. "Apalagi kalau pada momen-momen tertentu penggunaan air minim, seperti pada saat Lebaran dan masa liburan semester mahasiswa karena banyak yang pulang kampung, tekanannya menjadi sangat tinggi dan pipa tidak mampu menahan, pasti akan terjadi kebocoran," ujarnya, menambahkan. Jaringan pipa yang sudah berusia cukup tua tersebut, lanjutnya, juga menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kebocoran air di PDAM Kota Malang, disamping kondisi meteran air yang sebagian besar juga berusia tua. Saat ini, kata Teguh, angka kehilangan air masih mencapai 27 persen dan akhir tahun ini ditargetkan bisa berkurang menjadi 20 persen. Oleh karena itu, secara bertahap, baik meter air maupun jaringan pipa mulai diganti untuk menekan angka kehilangan air. Selain itu juga melkaukan sejumlah program terobosan, di antaranya membangun District Meter Area (DMA) dan pemasangan alat untuk mengatur tekanan air yang akan dipasang pada "main hole" serta mengatur jam besaran tekanan air. Pada jam-jam efektif tekanan air diatur menjadi besar, sementara pada jam pasif, tekanan air dikecilkan. Dengan cara itu angka kebocoran air bisa diminimalkan. Disamping itu, lanjutnya, PDAM juga secara rutin menurunkan petugas yang menggunakan teknologi khusus. Alat itu mampu mendeteksi lokasi-lokasi pipa yang bocor. Sedangkan untuk program penggantian meter air, tahun ini ditargetkan sebanyak 12 ribu dari 121 ribu sambungan pelanggan PDAM."Memang masih sangat jauh jumlah sambungan pelanggan, namun secara perlahan harus kita lakukan agar angka kehilangan air bisa ditekan dan target 20 persen bisa dicapai," tandasnya. Sebenarnya, tegas Teguh, keberadaan meter lama yang memicu ketidakakuratan penghitungan penggunaan air itu menguntungkan pelanggan, namun PDAM tidak bisa membiarkan kondisi tersebut terus berlarut-larut. "Kami upayakan berbagai cara agar angka kehilangan air yang otomatis juga mengurangi pendapatan bisa ditekan, bahkan bisa dihilangkan," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013