Surabaya (Antara Jatim) - Nama dan tanda tangan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Ir Tri Yogi Yuwono DEA beserta logo ITS telah dicatut penipu untuk meminta biaya pendaftaran kepada orang tua calon mahasiswa.
"Hal itu sudah diantisipasi, karena tahun-tahun sebelumnya juga terjadi. Kami memproteksi dengan pemberitahuan lewat laman/web bahwa tidak ada transaksi apapun untuk calon mahasiswa," kata Kepala Badan Akademik ITS Dr Ismaini Zain MSi di Surabaya, Rabu.
Selain itu tidak ada pemanggilan calon mahasiswa yang diterima lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 untuk datang ke kampus, karena proses pendaftaran hingga pengumuman dilakukan secara daring (dalam jaringan atau "online").
"Nggak ada sistem pembayaran sistem transfer, pemanggilan ke kampus juga nggak ada, jadi kalau ada transfer dan pemanggilan berarti palsu, karena proses pendaftaran hingga cara pembayaran ada di laman yang ada," katanya.
Menurut dia, pembayaran ujian tulis pun harus dengan mendatangi empat bank yang ditunjuk yakni BTN, BNI, BRI, dan Bank Mandiri. "Kalau datang ke bank pun cukup dengan menyebutkan nomor peserta SNMPTN, nanti tertera biaya yang harus dibayar," katanya.
Dalam penjelasan di ruang Pembantu Rektor II ITS Prof Fakih, ia mengatakan pemanggilan hanya dilakukan pihak ITS pada saat registrasi pada 18 Juni mendatang bersamaan dengan verifikasi data untuk kepentingan uang kuliah tunggal (UKT).
"Kalau sudah diminta membayar dalam jumlah tertentu sesuai kategori UKT-nya, namun masih tetap keberatan, maka jangan membayar dulu, tapi datanglah pada tanggal 18 Juni itu untuk melakukan banding, nanti akan ada verifikasi," katanya.
Hingga kini, katanya, ada 2-3 orang tua calon mahasiswa yang bertanya sesuai dengan nomor telepon yang ada pada laman/web. "Tapi, mereka belum sampai tertipu, karena mereka bertanya dan kami jelaskan bahwa transfer langsung dan pemanggilan itu tidak ada," katanya.
Namun, katanya, ada orang tua calon mahasiswa yang mengaku telah menerima surat pemanggilan yang ditandatangani rektor. "Kepada orang tua calon mahasiswa itu, kami sudah meminta fotokopi surat pemanggilan dari rektor itu untuk diteliti," katanya.
Ditanya cara para penipu mengetahui nomor telepon calon korban, ia mengatakan hal itu mungkin spekulatif saja. "Tapi, saya menduga bersumber dari 'social media'. Anak-anak yang diterima itu mungkin menyebutkan dirinya diterima dan tampilan di 'social media' miliknya itu ada alamat rumah dan nomor telepon," katanya.
Hal serupa juga sempat dialami para calon mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) dari jalur SNMPTN 2013 dari penipu yang mengatasnamakan panitia SNMPTN. Modusnya, surat pemberitahuan bahwa pendaftar diterima sebagai calon mahasiswa Unair dari jalur SNMPTN, lalu pendaftar diminta menghubungi ke nomor telepon tertentu.
"Itu tidak mungkin, karena ketentuan pengumuman hasil dan proses daftar ulang bagi pelamar yang diterima masuk Unair melalui jalur SNMPTN cukup melakukannya secara online. Kami pun tidak pernah mengumumkannya melalui surat pemberitahuan," kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Unair Bagus Ani Putra. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013