Oleh Bambang Ariyanto SH MH *) Ada satu pemandangan yang menarik ketika saya berkunjung ke salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu. Pemandangan yang mengusik rasa nasionalisme saya sebagai warga negara Indonesia. Suatu realitas kehidupan akibat dari belum meratanya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat di provinsi selain Jawa. Padahal dari sumber daya alamnya, Provinsi Kaltim ini memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk dijadikan sumber kekayaan negara ini. Di provinsi terluas kedua di Indonesia ini, kita bisa menemukan berbagai macam hasil tambang dan galian, mulai dari batu bara, emas, timah hitam, seng, fosfat, besi dan nikel. Ada juga kekayaan alam lain seperti minyak bumi dan gas alam. Hal ini masih didukung dengan potensi kehutanan yang tersebar di beberapa kabupaten. Sayangnya, semua potensi ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Kaltim. Hal yang sederhana saja dari infrastruktur jalan. Dari perjalanan yang saya tempuh untuk menuju ke Tanah Grogot, Kabupaten Paser, kondisi jalan yang harus saya lalui rusak parah. Di sepanjang ruas jalan, terdapat sejumlah lubang yang dalam dan berdiameter cukup lebar. Bahkan di beberapa titik ruas jalan juga mengalami penurunan badan jalan. Ironisnya, status dari jalan tersebut adalah jalan nasional yang notabene menjadi tanggung jawab dari pemerintah pusat. Parahnya lagi, seringkali keluhan mengenai kondisi jalan ini disampaikan pemerintah daerah baik melalui pertemuan resmi ataupun informal, namun respons dari pemerintah pusat sangat lamban. Keprihatinan kembali muncul saat melihat banyaknya truk-truk yang antre membeli bahan bakar minyak. Hampir semua SPBU yang saya temui selalu dikerumuni oleh kendaraan bermotor. Bahkan ada kendaraan bermotor yang tetap nekat menunggu, meski di SPBU tersebut tertulis "Bensin dan Solar Habis". Sungguh suatu ironi yang menyedihkan. Untuk mendapatkan BBM, mobil yang saya tumpangi harus antre selama dua jam lebih. Itu pun cuma dibatasi hanya sebanyak 25 liter. Mungkin saja pembatasan BBM ini terkait dengan subsidi BBM yang melampaui kuotanya. Pertanyaannya, apakah nanti setelah benar-benar harga BBM naik, pembatasan ini masih tetap berlaku di provinsi tersebut?. Pemandangan yang terakhir ini kembali membuat miris. Ribuan ton hasil tambang negeri ini, yakni batu bara begitu mudahnya diangkut dan dikirim ke luar negeri. Perusahaan tambang ini umumnya memiliki jalan khusus yang digunakan mengangkut batu bara. Posisi jalan khusus ini berada di bawah jalan umum yang biasa dilewati oleh masyarakat. Dengan posisi tersebut, saya bisa menghitung berapa banyak truk yang mondar-mandir mengangkut batu bara. Dari pengamatan saya selama lima menit, kurang lebih sudah ada delapan truk gandeng yang mengangkut hasil tambang tersebut. Setiap truk ini mengangkut kurang lebih 60 ton batu bara. Artinya, setiap lima menit saja, terangkut 480 ton batu bara. Lalu bagaimana dengan dalam sehari? Berapa ribu ton batu bara yang bakal diangkut dan dibawa ke luar negeri ?. Padahal di dalam Pasal 33 UUD 1945 sudah cukup jelas ditegaskan bahwa Bumi dan Air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Apa pelajaran penting dari fakta-fakta tersebut? Hal yang sangat nyata adalah nasionalisme dan wawasan kebangsaan tidak bisa dibangun hanya dengan teori-teori semata. Semangat kebangsaan perlu dibangun dengan tindakan. Bagi generasi muda, semangat kebangsaan harus ditumbuhkan dengan melihat, meresapi dan mengabdikan diri untuk mengatasi berbagai kesenjangan pembangunan yang terjadi di negeri ini. Jika saja pemimpin negeri ini seperti almarhum Presiden Venezuela Hugo Chavez yang berani menggelorakan semangat kebangsaan untuk berdikari, atau seperti sang penggali Pancasila, Bung Karno, maka bisa dipastikan generasi muda di negeri ini akan ikut menggelorakan itu. (*) -------- *) Penulis adalah Wakil Ketua Formacida Jatim dan Dosen FH UHT Surabaya.

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013