Bojonegoro (Antara Jatim) - Pemkab Bojonegoro, Jatim, berencana mengembangkan siaga bencana berbasis masyarakat (Sibat) ke desa lainnya yang menjadi langganan banjir bandang dan luapan Bengawan Solo sebagai usaha mengantisipasi bencana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Amir Syahid, Kamis, mengatakan, pengembangan sibat ke desa lainnya akan dilakukan dengan mengacu sibat yang sudah dikembangkan di Desa Pilanggede, Sarirejo dan Mulyorejo, Kecamatan Balen.
Di tiga desa itu, katanya, sibat yang merupakan hasil kerja sama Palang Merah Norwegia dan Palang Merah Indonesia (PMI) Bojonegoro bisa berjalan baik dalam mengantisipasi banjir luapan Bengawan Solo beberapa waktu lalu.
"Kalau ada kekurangan masih dalam batas kewajaran. Misalnya di dua desa lainnya belum ada sarana radio komunikasi yang bisa dimanfaatkan memantau perkembangan ketinggian air Bengawan Solo melalui radio posko BPBD," katanya yang dihubungi melalui telepon.
Ia menyebutkan di tiga desa itu ada 90 warga yang terlibat di dalam sibat mulai memberikan informasi kepada masyarakat datangnya banjir, melakukan evakuasi, membuka dapur umum juga mencari bantuan makanan baik ke kantor kecamatan dan ke kabupaten.
"Warga tidak harus menunggu datangnya bantuan, tetapi bersedia keluar desanya untuk bisa memperoleh bantuan makanan," ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris PMI Cabang Bojonegoro Sukoha Widodo menjelaskan pengembangan sibat di Kecamatan Balen hasil kerja sama dengan Palang Merah Norwegia itu sudah berjalan sekitar 1 tahun.
Sesuai rencana, katanya, pelaksanaan pelatihan sibat yang berakhir tahun ini akan dilakukan evaluasi untuk selanjutnya hasilnya akan disampaikan kepada pemkab.
"Harapan kami sibat bisa dikembangkan ke desa lainnya," jelasnya.
Ia menjelaskan penerapan sibat di tiga desa di Kecamatan Balen itu dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada 30 warga di masing-masing desa mulai persiapan sebelum banjir datang, waktu banjir juga pasca banjir.
Selain itu, lanjut dia, di tiga desa itu juga dibuka sekolah siaga bencana (SSB) dengan merekrut 30 siswa di masing-masing SDN yang kemudian mendapatkan pelatihan kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat (KBBM).
"PMI juga akan mengusulkan kepada Dinas Pendidikan (Disdik) untuk menerapkan sekolah siaga bencana (SSB) di semua lembaga pendidikan agar para siswa memiliki bekal kesiapsiagaan menghadapi bencana," paparnya.
Apalagi, lanjutnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sudah mengeluarkan surat instruksi kepada semua lembaga pendidikan di Indonesia agar membekali para siswa dalam masalah kebencanaan.
"Berbagai bencana yang terjadi tidak bisa dihindari, ya harus digauli," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013