New York, (Antara/AFP) - Polisi AS hari Rabu mengumumkan penangkapan tiga tersangka baru dalam penyelidikan atas serangan bom pada Marathon Boston yang menewaskan tiga orang dan mencederai lebih dari 260.
"Tiga tersangka lain ditahan dalam kasus pemboman pada Marathon (Boston). Rincian mengenai hal itu akan diberikan nanti," kata Kepolisian Boston di Twitter.
Sebelumnya, polisi AS menangkap Dzhokhar Tsarnaev (19), seorang etnik Chechnya yang kini berada dalam penahanan dan dituduh melakukan pemboman tersebut.
Kakaknya, Tamerlan Tsarnaev (26), tewas pada 18 April selama perburuan oleh aparat keamanan.
Polisi Boston belum memberikan penjelasan terinci mengenai penangkapan ketiga orang itu, namun surat kabar Boston Globe melaporkan bahwa para tersangka baru itu adalah mahasiswa yang dituduh membantu Dzhokhar setelah seragan tersebut.
Penyelidik belum menyimpulkan bahwa kakak-beradik Chechnya itu merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar.
Pengamanan diperketat di Washington dan wilayah-wilayah lain AS setelah pemboman mematikan di dekat garis finish pada Marathon Boston yang menggemparkan dunia itu.
Marathon Boston merupakan salah satu even atletik tahunan terbesar yang diadakan di AS, yang diikuti hampir 27.000 peserta yang memenuhi syarat dan disaksikan puluhan ribu penonton.
Para pemimpin Chechnya menyatakan, kedua tersangka pembom Boston tidak dikenal di wilayah Rusia selatan itu meski mereka keturunan Chechnya.
"Mereka tumbuh di Amerika, pandangan dan keyakinan mereka terbentuk di sana. Akar kejahatan harus dicari di Amerika," kata Ramzan Kadyrov, pemimpin republik Kaukasus Utara itu, dalam pernyataan di akun Instagram-nya, Jumat (19/4).
Kadyrov sebelumnya mengatakan kepada Kantor Berita RIA Novosti, "Kami tidak mengenal Tsarnaev bersaudara. Mereka tidak tinggal di Chechnya. Mereka tinggal dan belajar di Amerika. Apa yang terjadi di Amerika adalah kesalahan badan-badan khusus Amerika."
Lawatan Tamerlan Tsarnaev ke wilayah bergolak Kaukasus Utara Rusia tahun lalu menimbulkan kecurigaan bahwa ia mungkin melakukan kontak dengan kelompok-kelompok militan yang berjuang melawan Moskow untuk mendirikan sebuah negara Islam.
Namun, sebuah pernyataan dari kelompok militan yang beroperasi di Dagestan, dimana kakak-beradik penyerang bom Boston itu dibesarkan ketika masih anak-anak, mengatakan bahwa Emirat Kaukasus pimpinan Doku Umarov, tokoh yang paling diburu di Rusia, tidak berperang dengan Washington dan tidak menyerang AS. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013