"Hallo... Iya, saya Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak. Ada apa? Ada yang bisa saya bantu...?" kata Kapolres saat menerima telepon. Perwira berpangkat dua melati di pundak itu meneruskan pembicaraannya sambil sesekali berteriak. "Apa...? Salah sambung...?? katanya dengan suara lantang sembari menutup ponselnya. Kapolres lantas marah-marah dan bergumam sendiri. Mulutnya terus komat-kamit sambil memandangi ponsel komunikatornya. Ia merasa kecewa karena pembicaraannya dengan seseorang di ujung telepon ternyata salah sambung. "Sudah ngomong lama, lha kok salah alamat. Duh...!! Tapi.. tidak apa-apa, lha wong saya ini Kapolres....!!," katanya dengan tangan menepuk dada dan mengerlipkan mata. Kontan, gaya tersebut membuat ratusan penonton tertawa terbahak-bahak. Kapolres kemudian masuk ke ruang kerjanya didampingi Jeffry, sang ajudan. Lucunya, bukan tongkat komando yang dipegang, namun tongkat mayoret yang biasa dijumpai ketika sang dirijen memandu "drum band". "Jangan salah, ini tongkat bukan sembarang tongkat. Warnanya hitam-putih dan mengandung makna dalam. Jadi, jangan sekali-sekali memegang apalagi meminjamnya," katanya sambil mengelus tongkat komando yang panjangnya lebih dari semeter. Kembali, perut penonton pun seolah dikocok melihat tampang kapolres. Belum lima menit duduk di kursi ruangannya, muncul seorang wartawan berbaju kotak-kotak, berkumis tipis, berkaca mata dan mengenakan tas kecil. Ia mondar-mandir di Mapolres sambil berusaha menghubungi beberapa Kapolsek dan menanyakan hasil ungkap polisi yang bisa diberitakan. "Ini hari apa ya? kok sepi berita? Apa iya tidak ada berita satu saja, meski itu tipis-tipis," kata sang wartawan yang mengaku bernama Aris tersebut. Aris adalah wartawan sebuah koran kriminal. Setiap harinya ia "ngepos" di wilayah hukum Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Karena gagal menghubungi para kapolsek, Aris pun memilih menuju ruangan kapolres. Di sana, kapolres yang sedang santai sambil menikmati jajanan, menerima kunjungan Aris dan mempersilahkan duduk. "Hai Aris, ada apa? Tumben kamu ke ruangan saya? Ada yang bisa dibantu? Tapi ingat, jangan yang tipis-tipis lho..." kata setengah kapolres mengajak bercanda Aris. Lagi-lagi penonton tertawa dibuatnya. Aris pun curhat. Ia mengaku pusing karena belum mendapat berita. Alhasil, ia meminta kapolres menghubungi kapolsek agar merilis hasil ungkap, meski berita kecil sekalipun. "Berita kecil nggak apa-apa ndan, ndek-ndekan..." ucap Aris dengan nada pasrah. Sambil menunggu berita, kapolres mengajak Aris berdiskusi. Ia tidak lupa meminta ajudan menyiapkan kopi dan rokok. Di tengah pembicaraan, muncul lagi dua wartawan, yakni Wisnu dan Jito. Wisnu adalah wartawan senior di wilayah kepolisian, sedangkan Jito dikenal sebagai wartawan yang suka makan dan gemar dunia malam. "Silahkan masuk.. Dari mana kalian? Di sini ada Aris. Ayo duduk, ngopi dan ngerokok sama-sama," ajak kapolres. "Tapi rokoknya beli sendiri ya, soalnya saya tidak merokok," kata kapolres kembali. Kali ini mereka berbicara serius. Kapolres membuka dialog dan meminta masukan tentang peringatan Hari Pers Nasional (HPN). Ia bermaksud mengadakan kegiatan, namun yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat juga. Belum selesai diskusi, muncul dua wartawan fotografer dan kameramen televisi. Namanya Guslan dan Rosi. Guslan orangnya tinggi besar, sedangkan Rosi tingginya tidak sampai 165 sentimeter. Mereka tidak berdua, tapi ditemani Fika, seorang pembina Bonek dan tokoh masyarakat. Kedatangannya untuk sekedar silaturahim menjaga tali persaudaraan. "Nah, kebetulan ada lagi wartawan dan pembina Bonek. Mari bertukar fikiran dan mencetuskan ide kreatif bersama," ajak kapolres sembari menawari kopi. Setelah berdiskusi cukup, akhirnya tercetus ide. Sadar wilayah Tanjung Perak penuh polusi setiap hari karena intensitas kendaraan yang sangat padat menuju dan keluar pelabuhan, ide penghijauan dinilai sangat tepat untuk mengimbangi polusi. "Ndan, Persebaya dan Bonek itu khas warna hijau-hijau. Bagaimana kalau wilayah Perak dibuat hijau dengan menanam ribuan pohon. Pasti sangat sejuk dan mengimbangi asap kendaraan," usul Fika. Usulan itu sekaligus menggugurkan usulan yang lain. Semisal, Aris usul Lomba Play Station (PS-3), Wisnu usul Turnamen Futsal, dan Jito usul Lomba Berenang melintas Selat Madura. Itulah secuil cerita "Opera Van Perak" karya Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Membaca ceritanya, tidak ada yang terlalu istimewa. Tapi siapa sangka, semua karakter di atas diperankan oleh perwira menengah polisi. Yang spesial, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Anom Wibowo ikut bermain didalamnya dan menjadi karakter Wisnu. Tidak hanya memerankan karakter, namun juga dandanan dan gayanya, termasuk rambut panjang, berkumis dan berjenggot tipis. Termasuk bagaimana caranya ia meminum sebuah kopi dan merokok khas Wisnu. Sosok Aris diperankan oleh Kapolsek Pabean Cantikan Kompol Rahman Wijaya. Peran Jito diperankan oleh Kapolsek Krembangan Kompol Dodon. Peran Guslan diperankan Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Hendri Umar. Peran Fika oleh Kasubag Humas AKP Lily Djafar, dan peran Rosi oleh Yudi Wahyudi, seorang PHL di Polres. Sedangkan, peran kapolres diperankan apik oleh Kasat Narkoba Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP I Ketut Madya. Menurut penilaian Ketua PWI Jatim, Akhmad Munir, angka sembilan layak disandangkan kepada peran kapolres. "Yang jadi kapolres sangat kocak dan lucu. Ia bisa membuat penonton tertawa dengan gayanya yang ceplas-ceplos," katanya mengomentari "Opera Van Perak", Kamis malam. Selama hampir sejam, para wayang dadakan itu menghibur penonton yang mayoritas wartawan peliput pos kriminal di wilayah hukum Kota Surabaya dan Tanjung Perak. Acara yang dikemas dalam "Cangkrukan" itu sebagai bagian dari ucapan selamat kepolisian memperingati HPN ke-67. "Kami ingin sinergitas antara polisi dengan wartawan tetap terjaga. Setiap ada masalah, harus diselesaikan dengan semangat kekeluargaan. Selamat Hari Pers dan maju terus pers Indonesia," kata AKBP Anom Wibowo. Ke depan, mantan Kepala SPKT Polda Jatim tersebut meminta pers tetap menyuguhkan berita membangun bangsa dan berimbang dalam penyajiannya. "Kegiatan cangkrukan dan Opera Van Perak khusus kami persembahkan kepada wartawan. Sengaja acaranya dikemas seperti ini karena kami ingin wartawan duduk manis menikmati hiburan dari polisi. Kami berniat total menghibur wartawan sebagai ucapan terima kasih dan selamat," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013