Jakarta - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) meminta pemerintah memperhatikan pemerataan pendidikan akademi kebidanan di Indonesia karena masih ada masyarakat di sejumlah daerah terpencil sulit mengakses bidan. "Saat ini jumlah akademi kebidanan sebesar 720 lebih, namun pemerataannya belum terlaksana, lebih banyak di kota-kota besar, sehingga pemerintah perlu memperhatikan itu," kata Bendahara Pengurus Pusat IBI Tuminah Wiratnoko kepada ANTARA di Jakarta, Selasa. Tuminah mengatakan akibat belum meratanya akademi kebidanan, maka keberadaan bidan pun tidak merata di Indonesia, khususnya di daerah pelosok dan pedalaman. "Saat ini jumlah bidan di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 200 ribu tenaga, dan yang terdaftar sebagai anggota IBI berjumlah 130 ribu. Jumlahnya cukup banyak, tapi pemerataannya sangat kurang, karena bidan lebih banyak menumpuk di kota besar," tuturnya. Menurut Tuminah, idealnya setiap desa di Indonesia memiliki minimal satu bidan, untuk membantu masyarakat. Tenaga bidan diperlukan tidak hanya dalam persalinan, melainkan juga mengedukasi masyarakat dalam melakukan program kehamilan yang baik dan sehat. "Keberadaan bidan sangat penting. Karena tugasnya bukan hanya membantu persalinan, namun juga mengedukasi masyarakat perihal program kehamilan agar hamilnya sehat," tuturnya. Selain itu, bidan di pelosok juga dapat membantu memberikan pertolongan pertama bagi masyarakat yang sakit di daerah terpencil. Maka dari itu menurutnya, keberadaan dan pemerataan bidan di Indonesia khususnya bagi daerah terpencil sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013