Trenggalek - Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menyatakan jumlah bidan berstatus "Delima" di wilayahnya masih minim. "Dari total 278 bidan yang ada di Trenggalek hanya ada 33 yang berlabel delima atau telah terstandarisasi baik itu sarana, prasarana maupun pelayanan, sedangkan sisanya masih belum," kata Ketua IBI Trenggalek, Istinganah, Kamis. Ia mejelaskan, minimnya bidan delima tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain rumah praktek bidan masih belum sesuai ketentuan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Beberapa standar tersebut antara lain harus memiliki ruang bersalin, ruang pemeriksaan, ruang nifas, kamar mandi serta ruang konseling. Sedangkan kenyataannya saat ini masih banyak rumah praktek bidan yang hanya memiliki satu ruang. "Faktor yang lain yang ikut mempengaruhi adalah keberadaan pondok bersalin desa (polindes), karena polindes tidak masuk dalam program bidan delima. Untuk Trenggalek sendiri ada 116 bidan desa (pengelola polindes)," ujarnya. Meski demikian Istinganah memastikan prosedur pelayanan persalinan serta reproduksi yang dijalankan oleh bidan di seluruh Trenggalek telah sesuai dengan standar operasional kesehatan. Kata dia, untuk meningkatkan jumlah bidan delima di kota keripik tempa ini, IBI Trenggalek akan memaksimalkan tim fasilitator agar memotivasi serta memberikan pengarahan kepada bidan-bidan yang lain. Selain itu pihaknya juga mengirimkan sejumlah bidan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus. "Diklat itu penting dilakukan Karena untuk bidan delima itu keahliannya juga harus di atas rata-rata. Sehingga kami berharap ke depan bidan-bidan yang praktek mandiri di Trenggalek seluruhnya bisa memiliki status delima," ujarnya. Isti menambahkan dengan peningatan status tersebut maka akan memperkecil terjadinya malapraktek maupun mengurangi risiko kematian ibu dan anak saat persalinan. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013