Madiun - Petugas Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun, Jawa Timur, melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang ayam dan itik yang ada di sejumlah lokasi guna mencegah virus flu burung atau H5N1 di wilayah setempat. "Penyemprotan disinfektan tersebut untuk memotong mata rantai penyebaran virus H5N1 atau flu burung. Hal ini karena virus tersebut mudah mati dengan disinfektan," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun, Lilin Syarifah, saat penyemprotan di Kecamatan Geger, Kamis. Menurut dia, guna mencegah flu burung, pihaknya telah menyediakan sebanyak 200 liter disinfektan. Cairan disinfektan tersebut sebagian telah dibagikan secara gratis ke sejumlah peternak ayam dan warga yang memiliki peliharaan ternak ayam untuk digunakan. "Jika kurang kami masih memiliki stok cadangan bantuan dari provinsi sebanyak 200 liter yang siap digunakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan," kata dia. Selain itu, guna mencegah penyebaran virus flu burung pada unggas, pihaknya juga gencar melakukan sosialisasi kepada peternak dan rumah tangga yang memiliki ternak ayam atau itik untuk rajin menjaga kebersihan kandang unggas dan melakukan penyemprotan disinfektan secara teratur. "Cuaca yang lembab, seperti saat ini, adalah media yang cocok untuk berkembang biak virus, termasuk H5N1. Oleh karena itu, kebersihan kandang harus diperhatikan," katanya. Hingga pertengahan bulan Januari 2013, telah terdapat laporan sekitar 25 ekor ayam atau itik mati mendadak. Namun, setelah dilakukan "rapid test" flu burung, hasilnya negatif. Lilin mengatakan, selain penyemprotan disinfektan secara rutin dan sosialisasi, pihaknya juga mengawasi lalu lintas ternak unggas yang masuk ke wilayahnya guna meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus flu burung. Ia lantas menyebutkan sejumlah daerah di Kabupaten Madiun yang menjadi pintu masuk lalu lintas ternak unggas, antara lain, Kecamatan Kebonsari, Saradan, dan Caruban. Kecamatan Kebonsari, kata dia, biasanya menerima kiriman unggas dari Kabupaten Ponorogo dan Magetan, sedangkan wilayah Caruban serta Saradan biasa menerima kiriman unggas dari daerah Nganjuk dan Ngawi. Pengawasan tersebut, lanjut dia, dilakukan dengan menurunkan tim yang akan melakukan pemeriksaan di sejumlah pasar tradisional dan unggas yang ada. Tim tersebut akan melihat kesehatan unggas secara langsung. Data Dinas Peternakan dan Perikanan setempat mencatat, selama tahun 2010 dan 2011, masih ditemukan kasus flu burung di Kabupaten Madiun. Namun, pada tahun 2012 hingga awal tahun ini, nihil. Selama tahun 2010, tercatat ada 3.861 ekor ayam yang mati akibat tetelo dan 15 kasus flu burung dengan jumlah kematian ayam sekitar 178 ekor, katanya. Adapun jumlah populasi unggas sesuai dengan catatan Dinas Peternakan dan Perikanan setempat, yakni ayam buras mencapai 1,5 juta ekor, ayam petelur 200 ribu ekor, ayam pedaging 400 ribu ekor, dan itik mencapai 70 ribuan ekor. (*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013