Surabaya - Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono memimpin upacara tabur bunga untuk memperingati Hari Dharma Samudera di atas geladak KRI Surabaya-591 di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Selasa.
Peringatan Hari Dharma Samudera untuk mengenang pertempuran antara pasukan Angkatan Laut Indonesia dengan Belanda di Laut Aru, Maluku, pada 15 Januari 1962, yang menenggelamkan KRI Macan Tutul, serta menewaskan puluhan personelnya, termasuk Komodor Yos Soedarso selaku komandan kapal.
Hadir dalam upacara tersebut, Kasarmatim Laksamana Pertama TNI Darwanto, Komandan Lantamal V Surabaya Laksamana Pertama TNI Sumadi, petinggi Koarmatim, mantan ABK KRI Macan Tutul, dan ahli waris korban pertempuran Laut Aru.
Upacara peringatan Hari Dharma Samudera rencana awalnya dipimpin Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Haribowo, tetapi orang nomer dua di jajaran TNI AL itu batal hadir, karena ada tugas di Jakarta.
Pada kesempatan itu, Pangarmatim juga menyerahkan tali asih kepada para pelaku sejarah dan ahli warisnya, antara lain Peltu (Purn) Suharmadji, Pelda (Purn) Sukirman, Serka (Purn) Nyoman Toyah, Peltu (Purn) Nyoman Pyang (alm), dan Serda Anumerta Saliman.
"Hari Dharma Samudera merupakan salah satu peristiwa penting dan bersejarah bagi perjalanan TNI AL, karena dalam peristiwa itu, prajurit-prajurit terbaik gugur dalam pertempuran melawan tentara Belanda yang masih ingin merebut NKRI," kata Pangarmatim usai upacara.
Bagi prajurit TNI AL, lanjut Laksda Agung Pramono, semangat patriotik dan kepahlawanan yang ditunjukkan Komodor Yos Soedarso dan personel KRI Macan Tutul harus terus diteladani untuk mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani.
Salah satu pelaku sejarah pertempuran Laut Aru, Serka (Purn) Nyoman Toyah, kepada wartawan juga sempat menceritakan secara singkat detik-detik terjadinya pertempuran heroik yang dialami KRI Macan Tutul dengan tentara Angkatan Laut Belanda.
Selain KRI Macan Tutul, ada dua kapal perang TNI AL lain yang turut terlibat dalam peristiwa itu, yakni KRI Harimau dan KRI Macan Kumbang.
"Saat itu menjelang malam, ada tembakan peringatan dari salah satu kapal Belanda ke arah kami. KRI Harimau sempat melakukan tembakan balasan dan kemudian terjadilah pertempuran itu," kata Nyoman yang saat kejadian itu masih berpangkat Kelasi Dua.
KRI Macan Tutul yang dipimpin Komodor Yos Soedarso terkena tembakan meriam kapal Belanda dengan telak hingga akhirnya tenggelam dan menewaskan puluhan ABK-nya. Namun, beberapa personel sempat menyelamatkan diri sebelum kapal tenggelam.
"Sebagai saksi sejarah, saya dan teman-teman berharap semangat pantang menyerah dan nilai-nilai kejuangan itu bisa diteruskan prajurit TNI AL dalam menjaga keutuhan wilayah NKRI sampai kapanpun," kata Nyoman Toyah yang tampak terharu mengisahkan peristiwa 51 tahun silam itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013