Bojonegoro - Ketinggian air Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik, Jawa Timur, aman di bawah siaga banjir, namun kewaspadaan menghadapi luapan sungai terpanjang di Jawa itu, terus dilakukan. "Kami tetap mewaspadai kemungkinan meluapnya Bengawan Solo, meskipun posisi ketinggian air saat ini dibawah siaga banjir," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, Rabu. Meski demikian, lanjutnya, BPBD belum membuka posko bersama yang melibatkan personel satuan kerja perangkat daerah (SKPD), Kodim 0813, kepolisian resor (Polres), juga instansi lainnya, yang masuk dalam Tim SAR gabungan. "Dibukanya posko bersama menunggu perkembangan ancaman banjir yang terjadi," jelas Kepala BPBD Kasiyanto, menegaskan. Hal senada disampaikan Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom yang menyatakan kewaspadaan menghadapi luapan Bengawan Solo dan anak sungainya dilakukan dengan membuka posko. "Posko pengamatan di kantor kami sudah berjalan sejak November lalu," jelasnya. Di posko setempat, jelasnya, petugas melakukan pemantauan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, Ngawi dan Bengawan Solo di daerah hulu Jateng juga ketinggian air Kali Madiun yang airnya masuk ke Bengawan Solo. "Yang jelas saat ini posisi ketinggian air di sepanjang Bengawan Solo tidak terjadi banjir, termasuk Kali Madiun," ucapnya, menegaskan. Ia juga menjelaskan pihaknya sudah mengirimkan buku kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir kepada pemkab yang daerahnya biasa menjadi langganan banjir luapan Bengawan Solo dan anak sungainya di Jatim. Sesuai pemetaan yang dilakukan, jelasnya, terdapat 15 titik tanggul kritis di sepanjang Bengawan Solo dan anak sungainya di Bojonegoro, Lamongan, Tuban, yang berpotensi menimbulkan banjir. "Tanggul kritis itu berpotensi menimbulkan banjir karena rusak sehingga bisa mengancam pemukiman, areal pertanian dan lainnya," katanya, mengungkapkan. (*).

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012