Surabaya - Dewan Pimpinan Daerah Hizbut Tahrir Indonesia Jawa Timur mengumpulkan sekitar 1.000 pengusaha di acara "Muslim Entrepreneur Forum" (MEF) yang akan digelar di Gramadia Expo Surabaya, Kamis, 27 Desember 2012. "Ini akan menjadi ajang silaturahim antarpengusaha, khususnya di Jawa Timur. Kami ingin bersama-sama berkumpul dan saling bertukar pengalaman sekaligus mengembangkan dunia bisnis secara Islami," ujar Ketua DPD I HTI Jatim, Harun Musa, kepada wartawan di SurabayaI, Kamis. Para pengusaha yang akan berkumpul dalam sebuah forum tersebut, kata dia, tidak hanya berasal dari kalangan HTI saja. Bahkan, sekitar 70 persen diantaranya berasal dari pengusaha secara umum dan sisanya 30 persen, adalah pengusaha asal HTI. Menurut dia, saat ini masih banyak ditemukan bisnis-bisnis atau usaha yang menyimpang dari ajaran Islam. Karena itulah pihaknya ingin bersama-sama mengajak agar para pengusaha dari berbagai kalangan ini mampu menjalankan usahanya dengan tidak melanggar sesuai aturan ajaran Islam. "Kami berharap agar para pebisnis memahami dengan benar bentuk 'entrepreneur' sesuai syariat Islam, agar ada keberkahan atas bisnis yang dijalankannya," kata dia. Pihaknya juga berharap dalam "MEF" 2012 nantinya, para pengusaha mampu mengajak dengan tidak hanya sekedar bisnis semata, namun sekaligus mendorong serta mempengaruhi masyarakat agar menjalankan usahanya secara syariat. "Kalau 1.000 pengusaha dari 38 kabupaten/kota sudah terkumpul maka setelah pertemuan berakhir, akan tercipta banyak pengusaha yang mulai berbisnis dengan cara Islami. Kalau dulu masih memakai cara tidak halal dalam memuluskan proyek tertentu, nantinya mampu berubah dan sesuai syariat," tukasnya. Direktur "Airlangga Broadcast Education" tersebut menjelaskan, pengusaha muslim memegang peranan strategis dengan segenap sumber daya yang dimilikinya. Di samping itu, lanjut dia, pengusaha memiliki kekuatan potensial untuk melakukan perubahan diri dan masyarakatnya ke arah lebih baik. Sementara itu, Humas DPD I HTI Jatim Muhammad Usman mengatakan, bahwa kondisi bisnis yang ada saat ini belum ideal bagi pengusaha muslim karena dinilai sistemnya masih berlandaskan materialisme dan bertolok ukur pada manfaat duniawi semata. "Oleh karena itu, pengusaha muslim wajib menjaga diri untuk tidak terlibat dalam bisnis tidak Islami dan harus melakukan perubahan kondisi ke arah lebih baik dengan menegakkan sistem Islam melalui penerapan Syariat Islam," kata Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya tersebut.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012