Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengidentifikasi ratusan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) tidak mau melanjutkan pengobatan terapi antiretroviral (ARV) untuk mencegah penyakit berkembang ke tahap Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Tulungagung Desi Lusiana Wardani, Jumat, melaporkan total kumulatif kasus HIV di daerah itu mencapai 4.350 orang.

Dari jumlah tersebut, 3.954 ODHA telah memulai terapi ARV secara rutin sejak terkonfirmasi positif.

"Masih ada 396 penderita yang tidak melanjutkan pengobatan bahkan belum mengakses terapi. Ini menjadi PR besar bagi kami," kata Desi.

Selain itu, Dinkes juga mencatat sebanyak 1.113 pasien tidak aktif menjalani terapi ARV selama lebih dari 24 bulan terakhir.

Kondisi tersebut dinilai berbahaya karena berpotensi mempercepat perkembangan virus, terutama pada penderita dengan perilaku berisiko tinggi.

Desi mengakui sebagian pasien terputus pengobatan akibat kegagalan follow up petugas, sementara faktor lain meliputi mobilitas kerja, minim dukungan keluarga, hingga ketakutan terhadap stigma dan diskriminasi.

Padahal saat ini akses layanan HIV dinilai sangat mudah. Terapi ARV tersedia di 34 puskesmas dan seluruh rumah sakit di Tulungagung.

Selain obat ARV, ODHA juga memperoleh layanan konseling dan pendampingan.

"Asalkan pengobatan dilakukan rutin, jumlah virus bisa ditekan hingga tidak terdeteksi. Kami kembali fokus melakukan penelusuran pasien yang putus pengobatan agar penularan HIV betul-betul terkendali," ujarnya.

Ia menegaskan penanganan HIV membutuhkan kolaborasi lintas sektor, peningkatan layanan ramah, serta edukasi berkelanjutan kepada masyarakat.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Astrid Faidlatul Habibah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025