Sebagian masyarakat belum mengenal makanan khas Kota Banyuwangi, ujung timur Pulau Jawa, yang memiliki nama cukup unik, yakni “Nasi Tempong”.
Bila orang Banyuwangi ditanya apa arti nasi tempong, pasti mereka akan tertawa, karena rasa pedasnya nasi tradisional bagi yang menyantapnya itu terasa pipinya ditabokin. Kenapa banyak yang suka?
Sebenarnya tidak banyak beda nasi tempong dengan nasi-nasi lain yang disajikan bersama lauk tahu, tempe, dadar jagung goreng, ayam goreng, ikan asin dan lainnya. Ditambahi lalapan sayuran rebus seperti sayuran sawi hijau, terong rebus dan kemangi . Nasi tempong sebenarnya sangat sederhana pengaturannya, tapi sensasi rasa sambalnya yang membuat penggemar kuliner penasaran.
Cara penyajiannya yang biasa dilakukan di beberapa warung makan di Banyuwangi, sayurannya itu disiram dengan sambal cabe campur kacang atau tomat segar yang sangat pedas. Tapi sambal bisa di[isah bagi yang tidak suka pedas. “Hm….nikmat tapi pedas,” kata Zuraida yang mencoba makan nasi tempong plus sambal segar itu.
Makan nasi dalam kondisi hangat serta sayur yang direbus tampak hijau segar dan sambal tempong tentu menggugah selera.
Masalah harga, nasi tempong yang banyak dijual di beberapa sudut Kota Banyuwangi itu standar Rp7.000, tapi bila ditambah dengan lauk lainnya seperti ayam goreng atau dadar jagung, harganya bisa berkembang hingga Rp 15.000 per porsi, tergantung lauk yang dipilih.
“Kalau dihitung memang terasa mahal, tapi untuk rasa kenikmatan makan harga mahal tidak terasa,” kata Zuraidah yang akrab dipanggil Any itu .
Penjual nasi tempong memang hanya berupa warung-warung kecil ala kaki lima. Salah satunya yang ramai pengunjung adalah Warung Mbak Sum di Jalan Ahmad Yani, Banyuwangi yang sangat strategis lokasinya karena dekat sekali dengan perkantoran.
Bagi mereka yang sulit mendapatkan nasi tempong di Banyuwangi, bisa mengolahnya sendiri. Makanan tradisional yang bergizi dan menyehatkan, tapi…awas ! jangan terlalu keenakan makan pedas terutama bagi yang mempunyai masalah dengan kondisi perut. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
Editor : FAROCHA
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012