Jakarta (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis (31/3) bahwa dia telah menandatangani dekrit yang mengatakan pembeli asing harus membayar dalam rubel untuk gas Rusia mulai 1 April, dan kontrak akan dihentikan jika pembayaran ini tidak dilakukan.
"Untuk membeli gas alam Rusia, mereka harus membuka rekening rubel di bank Rusia. Dari rekening inilah pembayaran akan dilakukan untuk pengiriman gas mulai besok," kata Putin dalam sambutannya yang disiarkan televisi.
"Jika pembayaran tersebut tidak dilakukan, kami akan menganggap ini sebagai default (gagal bayar) dari pihak pembeli, dengan semua konsekuensi berikutnya. Tidak ada yang menjual kami apa pun secara gratis, dan kami juga tidak akan melakukan amal - yaitu, kontrak yang ada akan berhenti."
Rusia memasok sekitar sepertiga dari gas Eropa, jadi energi adalah pengungkit paling kuat yang dimiliki Putin saat ia mencoba untuk membalas sanksi Barat atas invasinya ke Ukraina.
Keputusannya untuk memberlakukan pembayaran rubel telah mendorong mata uang Rusia, yang jatuh ke posisi terendah bersejarah setelah invasi 24 Februari tetapi sejak itu pulih.
Perusahaan-perusahaan dan pemerintah-pemerintah Barat telah menolak langkah tersebut sebagai pelanggaran kontrak yang ada, yang ditetapkan dalam euro atau dolar. Menteri ekonomi Prancis mengatakan Prancis dan Jerman sedang mempersiapkan skenario yang memungkinkan bahwa aliran gas Rusia dapat dihentikan - sesuatu yang akan menjerumuskan Eropa ke dalam krisis energi besar-besaran.
Perintah yang ditandatangani oleh Putin menetapkan mekanisme bagi pembeli untuk mentransfer mata uang asing ke rekening khusus di bank Rusia, yang kemudian akan mengirim rubel kembali ke pembeli asing untuk melakukan pembayaran gas.
Dia mengatakan peralihan itu dimaksudkan untuk memperkuat kedaulatan Rusia, dan itu akan tetap pada kewajibannya pada semua kontrak. (*)
Putin: Rusia akan berlakukan pembayaran rubel untuk gas mulai hari ini
Jumat, 1 April 2022 10:54 WIB