Gresik - Tim ahli dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mengambil contoh gas yang keluar pada semburan lumpur di Desa Metatu, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, Minggu. Salah satu anggota tim Peneliti Madya dari Badan Geologi Kementerian ESDM, Ahmad Zaennudin mengatakan, pengambilan contoh gas oleh PVMBG ini dilakukan untuk mengetahui komposisinya, sehingga dapat menyusun langkah berikutnya dalam menangani semburan lumpur yang belum berhenti hingga hari ini. Ia menjelaskan, hasil komposisi gas yang terkandung dalam semburan lumpur di Kabupaten Gresik akan diumumkan setelah dilakukan penelitian selama sekitar dua pekan mendatang. "Saat ini, kita bawa contoh gas ke laboratorium migas, sehingga nanti bisa diketahui komposisi yang terkandung di dalamnya," katanya. Sebelumnya, tim ahli dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga turun dan melakukan penelitian di lokasi semburan lumpur pada Sabtu (17/11). Tujuannya, untuk mengetahui penyebab semburan dan kandungan minyak serta gas yang keluar bersama lumpur. Sementara itu, pengambilan contoh gas oleh tim PVMBG dilakukan dengan menggunakan corong dan selang karet, serta sejumlah alat pendukung lainnya dengan mendekati pusat semburan. Ahli Gas Bumi dari PVMBG, Hanik Khumaidah mengatakan, untuk hasil penelitian sementara gas metana yang keluar dari lumpur Gresik berada di atas 36 low eksplisit limit (LEL). Selain itu, terdeteksi pula gas Metana (CH4) yang mengalami peningkatan volume di udara, serta adanya gas Hidro Karbon (CO2) yang keluar dari pusat semburan. "Apabila kandungan gas yang keluar cukup tinggi, maka cukup membahayakan dan perlu ada penutupan semburan oleh pemerintah pusat, sebab ini merupakan kewenangannya," katanya. Sebelumnya, semburan lumpur di Desa Metatu mulai muncul pada Selasa (13/11) malam, dan berdasarkan laporan warga ketinggian awal semburan lumpur saat itu sempat mencapai sekitar 10 meter. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012