Gresik - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik mulai membuat tanggul di lokasi semburan lumpur bercampur gas yang ada di Desa Metatu, Kecamatan Benjeng, Gresik, Kamis.
Kepala BPBD Kabupaten Gresik, Hari Sucipto mengatakan, pembuatan tanggul bertujuan mengantisipasi luberan lumpur ke rumah warga, sebab sampai kini belum diketahui kapan akan berhenti.
Selain itu, BPBD juga menambah area aman, dari 100 meter kini ditambah menjadi 300 meter, sehingga warga tidak bisa mendekat ke lokasi semburan lumpur yang bercampur gas tersebut.
"Tanggul kita bangun dengan radius 100 meter dari titik semburan, namun untuk lokasi amannya kita tambah dengan radius 300 meter dari pusat semburan," paparnya.
Hari menjelaskan, secara umum, pembuatan tanggul dilakukan untuk mengamankan warga sekitar, sebab hasil peneletian awal semburan lumpur mengandung gas metana itu sifatnya mudah terbakar.
"Semburan lumpur itu berasal dari sumur minyak tua bekas eksplorasi di zaman Belanda, dan sesuai penelitian awal terdapat delapan titik sumur tua," ucapnya.
Sementara itu, volume ketinggian semburan memasuki hari ketiga sudah mengalami penurunan, dari awalnya 10 meter, kini menjadi 3 meter, namun tetap disertai gemuruh dan bau menyengat.
Hari menjelaskan, untuk sementara gas dan lumpur panas yang keluar di Gresik masih terlalu kecil jika dibanding dengan semburan Lumpur Lapindo di Sidoarjo.
"Kalau dibanding dengan dengan gas yang ada di Lumpur Lapindo, ini lebih kecil yakni sekitar 27 'low eksplisit limit' atau LEL," tukasnya.
Sementara itu, semburan lumpur awalnya terjadi pada Selasa (13/11) malam, dan berdasarkan laporan warga ketinggian semburan awal mencapai sekitar 10 meter.
Akibat peristiwa itu, sejumlah warga di Desa Metatu, Kecamatan Benjeng melaporkan ke pihak terkait, sebab khawatir peristiwa tersebut mirip yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012