Malang - Sejumlah jagal yang rutin memotong sapi di Rumah pemotongan Hewan (RPH) Kota Malang, Jawa Timur, mengancam akan mogok menyembelih sapi jika pemkot setempat tidak segera mengambil kebijakan menaikkan harga jual daging sapi di pasaran. Ketua Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia (HPMI) Seksi Jagal Kota Malang Abu Hasan, Kamis, mengakui, dalam beberapa pekan terakhir ini harga sapi hidup sudah mengalami kenaikan harga cukup signifikan, yakni dari Rp27 ribu/kilogram menjadi Rp33 ribu per kilogram. "Harga sapi hidup sudah naik, tapi harga jual daging sapi yang sudah dipotong tidak ada kenaikan, yakni sebesar Rp66 ribu/kilogram. Kalau pemerintah tidak mengambil kebijakan menaikkan harga daging sapi, kami akan mogok dan keberadaan gading sapi di pasaran akan langka," tegasnya. Menurut dia, jika harga jual daging sapi tidak ada kenaikan, pihaknya mengalami kerugian cukup besar, bahkan harga pembelian tidak bisa kembali dan akhirnya jagal tidak bisa membeli sapi lagi. Dampaknya, tentu akan terjadi kelangkaan daging sapi. Oleh karena itu, katanya, pihaknya berharap pemerintah setempat segera mengambil kebijakan menaikkan harga jual daging sapi yang sudah dipotong agar para jagal tetap bisa beroperasi dan tidak sampai terjadi keterlambatan pasokan. Menanggapi ancaman para jagal sapi tesrebut Direktur RPH Kota Malang Djoko Sudadi mengakui jika dalam beberapa hari terakhir ini memang terjadi penurunan jumlah sapi yang dipotong di RPH. Menurut dia, jika dalam kondisi normal, jumlah sapi yang dipotong di RPH daerah itu antara 60-70 ekor per hari, namun beberapa hari terakhir ini hanya sekitar 50 ekor per hari. Hanya saja, lanjutnya, pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk menentukan harga jual daging sapi. "Yang mengatur kebijakan harga termasuk daging sapi tersebut adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)," katanya. Djoko juga berharap, para jagal tersebut mengurungkan niatnya untuk mogok menyembelih sapi di RPH, sebab akan berdampak cukup luas, tidak hanya pada pasokan daging sapi di pasaran, tapi juga akan membuka peluang masuknya sapi dari luar negeri (impor) akibat kelangkaan. Selain itu, lanjutnya, penyembelihan terhadap sapi betina juga akan marak karena harganya jauh lebih murah ketimbang sapi jantan, padahal keberadaan sapi betina itu untuk menjaga produktivitas. "Kalau sapi impor masuk, harga daging sapi lokal akan semakin anjlok dan jagal akan semakin rugi. Sedangkan kalau sapi betina banyak yang disembelih, maka akan menurunkan produktivitas sapi di daerah ini," tegasnya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012