Surabaya - Wakil Menteri Agama RI Prof Nazarudin Umar MA meminta para peneliti Studi Islam untuk mengembangkan Kajian Keislaman yang bisa menjadikan Indonesia sebagai pusat sinergis antara ilmu Islam dengan sains atau realitas kemasyarakatan. "Peneliti Kajian Keislaman harus mensinergikan Islam dan sains atau realitas kemasyarakatan, sehingga masyarakat bisa enjoy beragama, karena tidak ada jarak antara Islam dengan sains atau realitas," katanya di Surabaya, Senin malam. Ia mengemukakan hal itu saat membuka "Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) XII-2012" yang dihadiri 1.200-an peserta dari kalangan Rektor dan Direktur Pascasarjana Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) negeri dan swasta se-Indonesia. Dalam AICIS yang berlangsung pada 5-8 November 2012 dan juga dihadiri sejumlah peneliti dari Mesir, Maroko, Rusia, Jerman, Irak, dan Malaysia, ia menjelaskan "enjoy" beragama itu dapat terjadi bila agama benar-benar "up to date" (mengikuti perkembangan zaman). "Kalau agama itu dogmatis akan membuat orang beragama secara terpaksa, namun bila agama itu sinergis dengan realitas kehidupan, seperti sains, maka beragama akan justru 'enjoy', karena agama tidak jauh dari kehidupan kemasyarakatan yang ada," katanya. Selain "enjoy" dalam beragama, katanya, agama yang tidak ada jarak dengan kehidupan juga akan menjadi "jembatan" antara Islam dengan liberalisasi, radikalisasi, deradikalisasi, dan sebagainya. "Saatnya, ilmuwan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen dari ilmu-ilmu Barat, tapi menjadi produsen dari ilmu-ilmu yang merupakan sinergi antara Islam dengan sains, misalnya Islam dengan hukum, Islam dengan pendidikan, Islam dengan ekonomi, Islam dan politik, dan sebagainya," katanya. Dengan sinergi Islam-sains atau Islam-realitas kehidupan, ia mengaku optimistis akan menjadi Indonesia sebagai pusat pengembangan Islam dan Kajian Keislaman. Dalam kesempatan itu, Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag RI Prof Dr HM Nur Syam MSi mengatakan AICIS 2012 memang mengkaji Studi Islam terkait dengan isu-isu internasional, seperti pendidikan, ekonomi, politik, teologi, hukum, kemiskinan, lingkungan, perdamaian, dan sebagainya. "Ada 527 paper yang dikirimkan para peneliti kepada panitia di Kemenag RI atau meningkat dibandingkan dengan AICIS pada tahun sebelumnya yang hanya 377 paper, namun hanya 130 proposal yang lolos seleksi untuk dipresentasikan," katanya. Sementara itu, Wagub Jatim H Saifullah Yusuf menyatakan Islam di Indonesia sebenarnya merupakan dialog antara Islam dengan kehidupan lokal. "Tapi, dialog itu mulai menurun, padahal budaya atau nilai-nilai lokal itulah yang mendorong Islam di Indonesia menjadi 'kiblat' dunia," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012