Surabaya - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Dewan Perwakilan Daerah Jawa Timur khawatir tindakan sejumlah buruh yang melakukan demo menuntut upah minimum kabupaten/kota (UMK) akan mengancam kenaikan harga barang ritel.
"Bagi kami selaku pengusaha ritel, demo buruh yang meminta kenaikan UMK tidak berdampak langsung," kata Ketua Aprindo Jatim, Abraham Ibnu ketika dihubungi dari Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, dampak langsung akan dialami oleh sejumlah supplier atau pabrikan yang selama ini memasok aneka barang kebutuhan masyarakat ke gerai ritel di Indonesia.
"Kalau demo buruh berlangsung terus-menerus, pasokan barang yang umumnya dibutuhkan pasar ritel setiap hari bisa terhambat," ujarnya.
Oleh karena itu, ia berharap, aksi buruh di Jawa Timur maupun skala nasional tidak terjadi setiap saat. Bahkan, ada baiknya tidak sampai memblokade jalan provinsi atau nasional.
"Kalau demo buruh baik menuntut penghapusan 'outsourcing' maupun UMK yang layak sudah menutup jalan seperti di Jalan A Yani Surabaya (2/11), kami takut distribusi barang terhambat," katanya.
Ketika hal itu terjadi, prediksi dia, ujung dari permasalahan tersebut akan berdampak pada kerugian masyarakat. Mereka sebagai konsumen ritel di Tanah Air hanya perlu menunggu waktu kapan harga barang ritel mengalami kenaikan dibandingkan normal.
"Apalagi, dengan adanya demo buruh di sejumlah daerah di penjuru Nusantara secara otomatis menimbulkan keterbatasan barang di pasar ritel nasional," katanya.
Meski demikian, ia menyatakan, sulit untuk menghitung maupun memperkirakan berapa estimasi dampak demo buruh terhadap kenaikan harga.
"Tapi, yang pasti konsumen menjadi korban permasalahan ini," katanya.
Di sisi lain, terkait dampak demo buruh bagi iklim investasi Jatim, Kepala Badan Penanaman Modal Jatim, Warno Harisasono, menambahkan, kondisi tersebut juga belum bisa diproyeksi berpengaruh atau tidak.
"Namun, yang perlu diperhatikan sekarang adalah potensi investasi di Jatim sangat besar sehingga prospektif bagi sejumlah investor baik asing maupun dalam negeri," katanya.
Kinerja investasi Jatim, lanjut dia, sesuai realisasi investasi sampai triwulan ketiga tahun ini meningkat sebesar 11,34 persen menjadi Rp90,03 triliun dibandingkan periode sama tahun 2011.
"Performa investasi itu disumbang oleh Penanaman Modal Asing Rp17,05 triliun, Penanaman Modal Dalam Negeri Rp19,66 triliun, dan investasi daerah Rp 53,32 triliun," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012