Jakarta - Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini mengatakan, gas pascahabis kontrak ekspor akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat.
"Pemerintah sudah berkomitmen dan sudah siapkan bahwa gas tidak akan dijual ke luar, bagi kontrak yang sudah habis," katanya di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pemerintah akan mengatur gas itu termanfaatkan di dalam negeri dengan menyesuaikan ketersediaan infrastrukturnya.
Ia mencontohkan, kontrak ekspor LNG Bontang, Kaltim, yang akan habis dalam volume cukup besar pada 2018. Gas eks ekspor Bontang tersebut disepakati akan masuk ke pasar domestik.
Sementara, lanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan sebelum 2018, gas Tangguh, Papua Barat, yang sebelumnya untuk Sempra, AS, akan dialokasikan ke domestik.
Rudi menambahkan, pemerintah juga berkomitmen menyediakan kewajiban pasok ke dalam negeri (DMO) semaksimal mungkin dari pengembangan gas baru.
"Sekarang sudah ada Senoro, Sulteng sebesar 30 persen, lalu Tangguh 'train' tiga minimal 40 persen," ujarnya.
Namun demikian, Rudi mengatakan, kalau memang kebutuhan gas dalam negeri masih kurang maka tidak menutup kemungkinan untuk impor LNG.
"Malah mungkin harga impor bisa lebih murah, karena gas tersedia melimpah," paparnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012