Madiun - Sejumlah siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Wanita Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, membacakan teks Sumpah Pemuda dengan bahasa isyarat dalam upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober yang dilakukan di halaman sekolah, Sabtu. Siswa kelas X yang rata-rata menderita tunawicara dan tunarungu tersebut, terlihat bersemagat dalam menggerakan tangannya memeragakan simbol-simbol kata dan kalimat dalam teks Sumpah Pemuda yang dibacakan oleh pengajar sekolah mereka. Para siswa ini seakan menjiwai setiap kata dan makna dari teks Sumpah Pemuda. Pengajar SLB setempat, Anjar Putro Dewantoro, mengatakan, upacara dengan pembacaan teks Sumpah Pemuda dalam bahasa isyarat tersebut untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada Minggu (28/10). "Ini merupakan salah satu wujud nasionalisme para siswa luar biasa yang jauh lebih besar dari siswa atau pemuda normal lainnya. Saat ini rasa nasionalisme pada siswa dan pemuda normal pada umumnya mulai luntur karena terdampak dari budaya luar negeri," kata Anjar. Rasa nasionalisme yang tinggi tersebut, lanjut Anjar, karena siswa penyandang tunarungu dan tunawicara ini memiliki kamus bahasa isyarat Indonesia yang sudah diakui oleh dunia. Sehingga, mereka selalu menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi mereka sehari-hari. Bahasa Indonesia sesuai kamus tersebut sesuai dengan bahasa Indonesia yang diperjuangkan oleh pemuda pada masa perang kemerdekaan lalu. "Tidak seperti yang dilakukan kebanyakan pemuda saat ini yang lebih banyak menggunakan bahasa gaul, yang justru melenceng dari Bahasa Indonesia yang baku," kata dia. Anjar menambahkan, selama ini ia mengalami kesulitan dalam hal mengajar sejumlah mata pelajaran bagi anak didiknya. Kesulitan tersebut karena hingga kini belum ada buku paket pelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus tersebut. "Seperti untuk mata pelajaran matematika, kami tidak pernah mengajarkan rumus-rumus. Yang kami ajarkan hanya matematika sosial yang akan berguna bagi anak didik berkebutuhan khusus saat berinteraksi dengan masyarakat," tambahnya. Karena tidak ada buku paket, ia mengaku sering menggunakan alat peraga sendiri untuk menambah cara belajar siswanya. Seperti membawa koran untuk kemudian dibaca, diperdengarkan, dan dibahas sesuai kemampuan siswa, agar kemampuan berkomunikasi siswa berkembang. SLB Dharma Wanita Jiwan Kabupaten Madiun hingga kini memiliki jumlah siswa sebanyak 60 orang yang terbagai dalam beberpa jenjang pendidikan. Mulai dari SD, SMP, dan SMA. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012