Kediri - Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2012 menyebutkan bahwa Kediri mengalami deflasi sampai 0,02 persen berbanding terbalik dengan bulan Agustus 2012 yang mengalami inflasi 1,73 persen. "Banyak faktor yang memengaruhi deflasi, di antaranya penurunan tarif dari angkutan ke tarif normal. Saat Lebaran lalu, tarif naik, dan itu memicu inflasi," kata Kepala Seksi Statistik dan Distribusi BPS Kediri Arief Dwi Puwarnto di Kediri, Rabu. Ia mengatakan, untuk kelompok transportasi, komunikasi, jasa keuangan menyumbang deflasi sebesar 1,30 persen. Selain itu, kelompok bahan makanan juga mengalami deflasi 0,14 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar 0,01 persen. Walaupun tiga kelompok itu menyumbang deflasi, terdapat empat kelompok yang justru mengalami inflasi, di antaranya kelompok sandang 1,86 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,24 persen, kelompok kesehatan 0,19 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau 0,17 persen. Pihaknya menyebut, deflasi 0,02 persen pada September 2012 itu mengakibatkan inflasi "tahun kalender" mencapai 4,18 persen dan inflasi periode "year on year" (Oktober 2011-September 2012) mencapai 5,25 persen. Ia menyebutkan, sejumlah harga bahan pokok saat ini juga sudah mulai terjadi penurunan. Seperti beras, dimana harganya saat ini turun. Dengan itu, masyarakat pun juga lebih terjangkau untuk mendapatkan beras. Namun, ia juga menegaskan, keuntungkan bukan hanya dari sisi konsumen, melainkan juga produsen. Dari pantauan, penurunan harga itu tidak terlalu mencolok. Harga beras jenis bengawan masih Rp8.000 per kilogram, beras mentik harganya Rp8.100 per kilogram, dan harga IR64 Rp7.300 per kilogram. Harga ini hanya selisih sekitar Rp100 per kilogram. "Baik produsen maupun konsumen juga sama-sama untung. Penurunan harga tidak terlalu mencolok," katanya. Walaupun saat ini mengalami deflasi, Arif mengaku belum mengetahui untuk ke depan, apakah justru sama terjadi deflasi atau justru inflasi. Dengan kondisi deflasi, 0,02 persen, situasi masih kondusif. Sementara itu, dari tujuh kota di Jawa Timur yang dihitung sebagai penimbang IHK-Inflasi Nasional, enam kota di antaranya mengalami deflasi, yaitu yang terbesar terjadi di Sumenep 0,56 persen dan terkecil Kota Kediri. Selain itu, satu mengalami inflasi yaitu Kota Malang 0,52 persen. Sementara, deflasi Kota Probolinggo 0,35 persen, Kota Madiun 0,15 persen, Surabaya 0,04 persen, dan Jember 0,03 persen. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012