Sejarah mencatat, perjalanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak pernah lepas dari perkembangan sosial politik yang dialami bangsa Indonesia. Ketika Orde Lama, di mana Presiden Soekarno ketika itu memiliki semangat luar biasa untuk menjadikan bangsa ini disegani dunia, TNI menjadi begitu kuat. Bahkan ketika negara lain belum memiliki kapal selam, Indonesia sempat memiliki 12 kapal yang paling ditakuti di dunia ketika itu. Dalam perkembangannya kekuatan-kekuatan itu berkurang karena prioritas program pemerintahan berbeda. Bahkan saat ini, Indonesia hanya memiliki dua kapal selam. Meskipun demikian TNI saat ini terus melakukan perbaikan dan pemodernan alat utama sistem senjata, seperti pengadaan kapal baru atau pesawat baru. Baru-baru ini, TNI AU mendapat tambahan kekuatan empat pesawat Super Tucano yang ditempatkan di Lanud Abd Saleh Malang. TNI AL juga mendapatkan tambahan kapal cepat rudal (KCR) jenis trimaran (tiga lambung), yakni KRI Klewang yang dibuat di galangan di Banyuwangi. Kapal yang terbakar pada 28 September 2012 itu disebut-sebut paling canggih karena tidak bisa terdeteksi radar lawan. Untuk TNI AD, saat ini juga diupayakan untuk pembelian tank-tank baru. Saat Orde Baru berkuasa, peran TNI sempat melebar ke mana-mana, bahkan ke panggung politik. Kepala Bakesbangpol sering dijabat kalangan TNI. Ya, saat itu, TNI sempat terseret ke dalam peran politik terlalu jauh hingga menyebabkan terjadinya berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Ketika Orde Baru runtuh dan berganti dengan Orde Reformasi, TNI mulai dikembalikan ke peran azalinya di bidang pertahanan, terutama saat Presiden Indonesia dijabat oleh KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Saat ini boleh dikatakan TNI sudah berjalan sesuai dengan relnya. TNI berkonsentrasi pada bagaimana memiliki kekuatan senjata yang besar sehingga disegani negara-negara lain. Sejalan dengan itu, kondisi bangsa terus diguncang berbagai persoalan dan TNI seringkali dilibatkan untuk ikut mengatasi. Misalnya dalam kecelakaan atau terorisme, TNI diterjunkan dalam operasi nonperang itu. Persoalan-persoalan sosial di tengah masyarakat kita yang terus berubah juga tidak berhenti muncul. Lambat laun, kasus-kasus itu bisa menggerogoti pertahanan bangsa ini dari dalam. Salah satunya dan terus saja terjadi adalah tawuran antarpelajar, khususnya di Jakarta. Konteks yang sama juga terjadi di daerah lain, yakni tawuran antarmahasiswa. Menghadapi berbagai persoalan itu, TNI, terutama yang ada di wilayah teritorial, seperti kodam dan jajarannya bisa dimanfaatkan secara optimal untuk mengantisipasi berbagai bentuk persoalan yang bersumber dari degradasi moral anak-anak bangsa. Untuk mengatasi siswa tawuran, misalnya sekolah bekerja sama dengan TNI untuk mendidik mental para anak didik ke arah yang positif lewat pelatihan yang berkelanjutan. Lewat peran itu, maka energi para siswa yang sangat besar dan dimanfaatkan untuk aktivitas menyimpang dapat dialihkan ke hal-hal positif. TNI bisa menularkan semangat pantang menyerah kepada para siswa dalam menghadapi berbagai persoalan dan meraih cita-cita di masa depan. TNI bisa mengambil peran membentuk kekuatan pertahanan dari dalam lewat kekuatan nonsenjata. Sebetulnya, peran itu sudah ada, misalnya ketika penerimaan siswa baru. Namun hal itu bisa lebih ditingkatkan, tidak saja ketika awal siswa masuk sekolah di jenjang baru, melainkan berkelanjutan. Di ulang tahunnya yang ke-67 pada 5 Oktober 2012, TNI barangkali bisa mengambil peran lebih besar pada penuntasan masalah bangsa yang sangat meresahkan saat ini, yakni korupsi. Tentu saja, peran itu bukan dalam aspek hukum atau politik, melainkan pembinaan mental. Tentu saja di tubuh TNI harus bersih dari praktik-praktik yang menggerogoti keuangan negara itu. Selamat ulang tahun TNI-ku!. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012