Surabaya - Komite Olahraga Nasional Indonesia Jawa Timur berencana mengubah format program pemusatan latihan daerah untuk seluruh cabang olahraga sebagai upaya memaksimalkan prestasi para atlet dalam menghadapi berbagai even nasional maupun internasional. Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror Djuraid kepada wartawan di Surabaya, Selasa, mengemukakan, kegagalan Jatim mempertahankan juara umum pada PON XVIII di Riau, menjadi momentum untuk mengevaluasi program Puslatda yang sudah dijalankan sejak 2005. Pada PON XVIII yang berlangsung 9-20 September 2012, kontingen Jatim hanya mampu menempati peringkat ketiga klasemen akhir pengumpulan medali emas, di bawah juara umum DKI Jakarta dan Jawa Barat di posisi kedua. "Kami sudah membentuk tim yang diketuai Prof Dr Toho Cholik Muntohir (mantan Rektor Universitas Negeri Surabaya, red) untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap hasil PON Riau, sekaligus mengusulkan format Puslatda yang baru," katanya. Menurut Abror, program Puslatda jangka panjang yang dijalankan KONI Jatim sebenarnya sudah sangat maksimal, meskipun kemudian hasil akhir saat pelaksanaan PON tidak sesuai harapan. "Sampai sekarang, hasil buruk PON XVIII masih menyisakan misteri besar bagi KONI Jatim, karena semua masalah teknis dan nonteknis sudah disiapkan, tapi kok hasilnya seperti ini. Kami tidak berani berspekulasi, tunggu hasil evaluasi saja," tambahnya. Muncul dugaan dan spekulasi terkait adanya oknum-oknum tertentu yang melakukan aksi jual beli medali emas untuk menggembosi peluang Jatim merebut juara umum. Abror juga mengaku heran dengan kegagalan beberapa cabang olahraga yang sejak awal diproyeksikan menjadi lumbung emas, terutama renang dan panjat tebing. Cabang renang yang pada PON XVII/2008 di Kaltim menyumbangkan 16 medali emas, kali ini gagal total meraih emas dari target tujuh keping. Kemudian panjat tebing yang digadang-gadang bisa mendulang minimal tujuh medali emas, kenyataan hanya meraih dua keping emas, setelah enam nomor kecepatan (speed) yang seharusnya milik Jatim justru lepas ke daerah lain. "Nomor speed itu secara teknis miliknya Jatim, karena setiap kejurnas atau even internasional seperti SEA Games dan ABG (Asian Beach Games), sebagian besar atlet kita mendominasi. Saya tidak tahu kenapa di Riau bisa gagal," ujar Abror. Berdasarkan rekapitulasi KONI Jatim, dari 41 cabang olahraga yang diikuti pada PON 2012, terdapat 16 cabang olahraga yang tidak meraih medali emas dan tujuh di antaranya bergabung dalam Puslatda. Secara keseluruhan kontingen Jatim merebut 86 medali emas, 86 perak dan 84 perunggu atau hanya sekitar 65 persen dari target sebanyak 133 keping emas yang dicanangkan. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012