Tulungagung - Proyek pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang (KAS) bernilai miliaran rupiah di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung terbengkalai, setelah investor dari Korea mengundurkan diri dan hingga sekarang belum ada penggantinya. ANTARA di Tulungagung, Selasa melaporkan, kawasan agropolitan seluas 1.021,5 hektare di perbukitan Penampihan, Desa Geger, Kecamatan Sendang, itu kini telah berubah fungsi menjadi ladang-ladang kubis serta tanaman palawija yang dikelola oleh sejumlah petani penggarap. Varietas sayur-mayur yang selama ini dipromosikan pemerintah daerah setempat tidak lagi beragam, seiring hengkangnya investor asal Korea yang sempat menyuntikkan modal miliaran rupiah untuk pengembangan kawasan tersebut. "Sudah setahun ini proyek agropolitan itu tidak dijalankan lagi. Kami tidak tahu sebabnya, Mr Cheng (investor) sudah kabur sejak setahunan lalu tanpa alasan jelas," kata Sumarmi, istri salah seorang tokoh masyarakat Desa Geger, Sumarmi. Kesaksian serupa disampaikan sejumlah petani dan warga di Dusun Turi, Desa Geger. Mereka bahkan menyebut upaya pengembangan kawasan agropolitan di daerah mereka telah gagal total, karena sejak ditinggal investor, tak pernah ada solusi diambil pemerintah daerah untuk meneruskan proyek ambisius tersebut. Selain kawasan perkebunan seluas 1.021,5 hektare yang telah dialihkelola oleh penduduk lokal, infrastruktur jalan menuju kawasan agropolitan sejauh kurang lebih tiga kilometer rusak parah. "Cold storrage" atau sarana pendingin sayuran seukuran dua kontainer bahkan dibiarkan mangkrak, tanpa sekalipun pernah terpakai. "Selain masalah infrastruktur dan jalur distribusi yang jauh, faktor cuaca menjadi penyebab gagalnya budi daya sejumlah komoditas sayuran yang dikelola investor. Kondisi di sini berbeda dengan di daerah Batu, Malang," tutur Damuri, petani lain di Desa Geger. Dikonfirmasi mengenai hal ini, Kepala Dinas Pertanian melalui Kabag Humas Pemkab Tulungagung Suyanto mengaku belum mendapat laporan mengenai kegagalan proyek agropolitan tersebut. Ia mengakui investor lama telah pergi, namun pihaknya mengisyaratkan proyek tersebut akan segera dievaluasi. "Itu merupakan proyek yang ditangani bersama antara Dinas Pertanian dengan Badan Ketahanan Pangan. Petugas masih melakukan survei di lapangan, nanti hasilnya bagaimana akan kami sampaikan," jawabnya. Program agropolitan digagas sejak tahun 2008. Sesuai konsep awalnya, proyek ambisius yang konon sempat menyedot anggaran daerah sebesar Rp3 miliar tersebut, diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya di bidang holtikultura. Total ada 23 verietas tanaman sayuran yang sempat diujicobakan, yakni asparagus (baby green), bawang daun, brokoli, cabai merah, cukini, "inter celly", jagung manis, kentang, ketela rambat, kobis hijau, kobis merah, brokoli putih, kol keriting, papilo, sawi putih, sawi hijau, sawi pakcoi, selada merah, seledri, terong jepang, tomat, serta wortel.(*)

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012