Surabaya - Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman khawatir penerapan pengetatan kebijakan pangan internasional terhadap makanan minuman yang diimpor dapat menghambat perkembangan bisnis pengusaha menengah kecil. "Apalagi, saat ini persaingan di sektor makanan minuman tidak hanya dari sisi harga dan kualitas tetapi faktor keamanan pangan," katanya, setelah melakukan pertemuan bisnis dengan pengusaha makanan minuman Jatim, bertema "Tantangan dan Peluang Produk Makanan Minuman Lokal di Era Pasar Bebas", di Grha Kadin Jatim, Surabaya, Selasa. Menurut dia, dengan adanya beragam teknologi yang kian berkembang, sekarang pasar makanan dan minuman skala dunia telah melakukan pengetatan komoditas ekspor. "Salah satunya melalui sertifikasi kesehatan pangan," ujarnya. Ia mencontohkan, mereka dengan mudah mengeluarkan kebijakan terkait tingkat toleransi kandungan residu yang wajib nol persen. Padahal, sebelumnya mereka tidak bisa membatasi sampai nol persen. "Hal tersebut bisa dilakukan karena mereka mempunyai teknologi khusus sehingga mampu mendeteksi tingkat toleransi kandungan residu nol persen atau tidak," katanya. Di sisi lain, tambah dia, kebijakan semacam itu justru kurang dipahami dengan baik oleh pengusaha makanan minuman kelas menengah kecil. Sementara, hanya para pengusaha makanan minuman kelas menengah besar yang mampu mengikuti kebijakan asing tersebut. "Khususnya dalam setiap produk yang dihasilkan pengusaha menengah besar," katanya. Akan tetapi, kata dia, saat ini jumlah pengusaha makanan minuman kelas menengah kecil di Indonesia justru mendominasi total pengusaha di sektor tersebut. "Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), kini jumlah pengusaha menengah kecil mencapai 900.000 pengusaha. Tapi, jumlah pengusaha menengah besar 0,5 persen dari total pengusaha mamin di Indonesia," katanya. Oleh karena itu, saran dia, pengusaha kelas menengah kecil wajib dibekali wawasan dan pengalaman yang lebih. Mereka juga harus diberdayakan agar mampu bersaing terutama pada era perdagangan bebas seperti sekarang. "Di samping itu, tentang kinerja industri makanan minuman hingga akhir tahun kami perkirakan tumbuh 10 persen. Bahkan, ekspor Indonesia juga kami proyeksi meningkat 10 persen dibandingkan tahun lalu," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012