Bojonegoro - Harga sapi di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), sejak dua pekan terakhir, mulai berangkak naik berkisar Rp500 ribu hingga Rp1 juta/ekor, dibandingkan selama bulan Ramadhan. Seorang pedagang sapi asal Desa Babat, Kecamatan Babat, Lamongan Abdul Hakim, Kamis, mengatakan, naiknya harga sapi lebih banyak dipengaruhi berkurangnya stok sapi di tingkat petani peternak, setelah ada pembatasan sapi impor. Selain itu, lanjutnya, naiknya harga sapi, juga karena banyak pedagang sapi asal berbagai daerah, di antaranya asal Jateng dan Jatim, juga daerah lainnya yang melakukan pembelian sapi untuk stok Hari Raya Idul Adha. "Saya bisa menjual dua ekor sapi potong pasaran pekan lalu. Kalau sekarang membawa tiga ekor sapi yang harganya tertinggi saya tawarkan Rp13 juta/ekor," katanya, ketika ditemui di Pasar Hewan Banjarjo, di Desa Banjarjo, Keamatan Kota, Bojonegoro. Naiknya harga sapi di daerah setempat dibenarkan Kepala Unit Pasar Hewan Banjarjo, Bojonegoro, Jatim, Memet, yang memperkirakan, harga sapi masih akan naik mendekati Hari Raya Idul Adha. "Pengiriman sapi yang biasanya dilakukan pedagang Bojonegoro ke Bandung selama Puasa Ramadhan hanya satu truk , tapi sekarang naik menjadi dua truk," paparnya, tanpa menyebutkan jumlah sapi yang dikirim ke Bandung itu. Lebih lanjut ia menjelaskan, transaksi jual beli sapi di pasar setempat, mulai kembali normal, dibandingkan dengan Puasa Ramadhan. Menurut dia, selama Puasa Ramadhan, transaksi jual beli sapi menurun sekitar 40 persen, namun dalam dua pasaran terakhir transaksi jual beli sapi di pasar setempat, sudah pulih kembali baik untuk sapi bakalan maupun sapi potong. Sedangkan pembelinya, lanjutnya, tidak hanya dari daerah Bandung dan Jakarta, tapi juga pedagang dari berbagai daerah lainnya, seperti Surabaya, Sumedang, Jabar, juga Rembang dan Kudus, Jateng. "Anda lihat sendiri sejak pagi tadi truk yang dibawa pedagang luar daerah sudah antre untuk mengangkut sapi," ucapnya, menambahkan. Ia menyebutkan, di pasar setempat, ada sekitar 700 ekor jumlah sapi potong dan "tanen" atau sapi Jawa, setiap kali pasaran yang dibawa sedikitnya 200 pedagang lokal Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Nganjuk, Jatim, termasuk pedagang asal Blora, Jateng. "Transaksi jual beli sapi biasanya tidak lebih 50 persen dari jumlah sapi yang ada di lokasi pasar, baik sapi potong maupun sapi Jawa," jelasnya. Namun, lanjutnya, transaksi jual beli di pasar setempat, tidak ada dengan sistem timbangan, sebab sebagian besar pedagang, termasuk petani, memilih jual beli sesuai perkiraan. "Di pasar ini ada timbangan, tapi tidak pernah dimanfaatkan pedagang," ujarnya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012