Trenggalek - Aksi borong dan penimbunan cengkih yang dilakukan sejumlah oknum spekulan/pedagang di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dikhawatirkan memicu ketidakstabilan harga bahan pokok pembuat rokok tersebut di pasaran. Sejumlah petani cengkih di Trenggalek, Jumat, mengemukakan, aksi borong cengkih oleh pemodal dan pedagang besar sudah terjadi selama sebulan terakhir. Mereka petani, pemodal atau pedagang besar itu membeli cengkih dari petani maupun pedagang kecil dengan harga murah, tetapi tidak langsung menjualnya ke pasaran tapi ditimbun lebih dulu dan dijual ketika harga tinggi. "Biasanya aksi jual dilakukan saat harga telah menyentuh level di atas Rp100 ribu per kilogram atau bahkan Rp200 ribu per kilogram untuk jenis cengkih kering," kata Mugianto, salah seorang pemodal asal Kecamatan Panggul. Ia sendiri sebenarnya bukan pedagang murni yang melakukan jual-beli cengkih maupun produk-produk perkebunan lainnya. Namun fluktuasi harga cengkih kering hingga level Rp84 ribu per kilogram telah memicu aksi borong oleh para tengkulak maupun spekulan dadakan untuk meraup untung besar dengan cara menimbun hingga harga bahan baku rokok tersebut kembali meroket. "Kalau sudah begini, semuanya bergantung pada kekuatan uang masing-masing pemodal. Semakin banyak dia memborong cengkih, semakin besar peluangnya meraup untung," tukas Suyatno, pedagang cengkih asal Kecamatan Kampak. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Trenggalek, Joko Surono, ketika dikonfirmasi mengakui adanya kecenderungan tersebut ketika musim panen cengkih tiba. "Itu fenomena yang tidak bisa dihindarkan. Selain adanya ketergantungan antara petani yang ingin segera menjual hasil perkebunan mereka, sementara di sisi lain banyak pedagang yang termotivasi untuk meraup untung lebih besar dengan cara tidak fair seperti itu," katanya. Ia menyatakan tidak bisa bisa mencegah aksi borong maupun penimbunan yang dilakukan para tengkulak dan spekulan cengkih. Menurut dia, cara meminimalisir aksi penimbunan produk perkebunan yang menjadi bahan baku rokok tersebut adalah mengefektifkan koperasi yang menaungi para petani cengkih di daerah-daerah. Ia menyebutkan, panen raya cengkih di Kabupaten Trenggalek maupun Pacitan telah berlangsung sejak Juni lalu dan diprediksi berakhir sekitar pertengahan September. Melimpahnya hasil panen cengkih membuat harga komoditas perkebunan ini berangsur turun, dari sebelumnya sempat menyentuh harga Rp200 ribu per kilogram untuk jenis cengkih kering, menjadi Rp84 ribu-Rp90 ribu per kilogram. Perbedaan harga biasanya terjadi karena pengaruh kualitas cengkih yang dihasilkan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012