Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan agar semua pihak patut mewaspadai adanya potensi overheating ekonomi dari defisit transaksi berjalan yang diprediksi semakin membesar hingga akhir tahun.         "Kita ingin mewanti-wanti semua pihak jangan sampai kita diam," ujarnya di Jakarta, Rabu.         Menurut dia, apabila hal tersebut tidak dapat diantisipasi maka terjadi ekonomi yang terlalu "panas" dan tidak menguntungkan kualitas pertumbuhan yang setiap tahun diharapkan terus tumbuh pada kisaran enam persen.         "Namanya overheating memang kalau kemudian transaksi berjalannya ketinggian dan kursnya juga. Sebetulnya kita belum sampai pada tahap itu, tetapi memang lonjakan defisit dari kuartal satu ke dua, itu besar," ujarnya.         Untuk itu, lanjut Darmin, Bank Indonesia memberlakukan kebijakan loan to value (LTV) dalam upaya meningkatkan kehati-hatian atas pembiayaan rumah dan kredit kendaraan bermotor untuk menjaga kualitas konsumsi masyarakat.         "Sebenarnya pada waktu LTV itu dikeluarkan, kita sudah tahu ada arah defisit transaksi berjalannya akan besar. Itu sebenarnya kejadiannya," ujarnya.         Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menambahkan dengan adanya defisit transaksi berjalan maka berarti impor juga meningkat, namun diperlukan pemahaman agar impor yang terjadi bukan hanya barang konsumsi maupun barang modal yang kurang menguntungkan kondisi perekonomian secara keseluruhan.         "Banyak yang kita harus perbaiki ke depan sampai kepada memanfaatkan impor besar itu tadi untuk mendorong investasi, yang tidak melulu melakukan pola proses produksi, pemanfaatan barang modal, bahan baku yang sama seperti yang lalu," ujarnya.         Namun, ia memastikan mengelola defisit transaksi berjalan merupakan tantangan tersendiri karena pada saat yang sama pemerintah harus terus mendorong konsumsi domestik dan investasi untuk mengantisipasi pelambatan ekonomi akibat krisis di Eropa.         "Kita melihatnya sebagai satu tantangan tapi juga kesempatan untuk mengubah ke pendalaman dari struktur industri maupun nilai tambahnya," kata Mahendra. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012