Bondowoso - Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (Hipsi) yang baru didirikan 3 Februari 2012 memiliki program mencetak sejuta pengusaha dari kalangan pondok pesantren dan para alumninya. "Kami ingin mengubah pola pikir tentang santri yang selama ini hanya diidentikkan dengan pintar mengaji, tukang mengimami shalat dan lainnya. Santri harus berdaya secara ekonomi," kata Ketua HIPSI Jatim H Muhammad Yasin kepada ANTARA di Bondowoso, Jatim, Jumat. Alumni Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, ini mengemukakan bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri juga dikenal sebagai ahli berdagang. Karena itu, dinilainya kurang lengkap kalau Rasulullah hanya diikuti dalam hal "ubudiyah"-nya atau ibadahnya. "Sementara kiprah ekonomi beliau di bidang bisnis diabaikan oleh kalangan santri sendiri. Saatnya sekarang santri memiliki mental wirausaha seperti Nabi. Ini ikhtiar untuk menyeimbangkan diri. Kalau urusan akhirat terus, kurang baik juga, sebaliknya kalau urusan dunia terus menjadi panas," katanya. Gus Yasin, demikian panggilan akrabnya, mengemukakan bahwa HIPSI yang didirikan di Pesantren Al-Yasini Pasuruan ini juga sudah dideklarasikan di sejumlah daerah, seperti Jateng, Kalimantan dan Palembang. Sejumlah provinsi lain juga akan menyusul didirikan. "Saat deklarasi ada sekitar 40 santri yang kami 'cuci otak'nya agar memiliki jiwa wirausaha. kami datangkan mentor-mentor yang berpengalaman, dari Jakarta dan Surabaya untuk membimbing para santri itu," kata pria asal Jawa Tengah ini. Kemudian di Bondowoso, pihaknya sudah mengumpulkan 300-an santri yang dididik memiliki jiwa wirausaha. Diharapkan mereka setelah lulus dari pesantren, tidak lagi bingung mencari, melainkan justru bisa membuka lapangan pekerjaan. Menurut dia, HIPSI yang berada di bawah "Rabithah Ma'ahid Islamiyah" (RMI) atau organisasi pondok pesantren di bawah NU itu memiliki misi menjadi wadah pengembangan pendidikan wirausaha santri yang mandiri. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012