Tulungagung - Aksi mogok yang dilakukan puluhan sopir monil penumpang umum (MPU) jurusan Panggul-Trenggalek, menyebabkan berbagai aktivitas perekonomian masyarakat terganggu. "Banyak pedagang yang tidak bisa membawa dagangannya ke pasar ataupun sebaliknya karena tidak ada angkutan," ujar Muanas, warga Desa Siki, Kecamatan Dongko, Kamis. Aksi mogok itu dikabarkan telah berlangsung selama tiga hari. Dampaknya tidak hanya berimbas pada aktivitas perekonomian setempat, tetapi juga menggangu mobilitas penduduk secara keseluruhan. Ratusan pelajar sekolah bahkan tidak terangkut meski telah menunggu angkutan selama berjam-jam. Sebagian masih bisa tertolong karena menumpang kendaraan ojek yang mencoba memanfaatkan situasi tersebut. Namun, mayoritas pelajar, pedagang maupun warga memilih menunda aktivitas kerja maupun bepergian, karena ongkos angkutan non-MPU terlalu memberatkan. "Beruntung ada truk pemkab yang diperbantukan untuk mengangkut para penumpang yang keleleran di pertigaan Jarakan, Kota Trenggalek. Namun, kondisinya terlalu darurat, tidak bisa buat mengatasi kebutuhan maupun aktivitas perekonomian warga secara keseluruhan," ujar Siswati, salah seorang pedagang di Pasar PON Trenggalek. Aksi mogok puluhan sopir MPU jurusan Panggul-Trenggalek dipicu oleh keberadaan travel "gelap" yang beroperasi di daerah tersebut. Meski kendaraan-kendaraan yang tidak memiliki izin trayek tersebut dioperasionalkan dengan tujuan antarkota dalam provinsi, keberadaan travel ilegal tersebut tetap dianggap merugikan pengusaha maupun sopir angkutan MPU karena dianggap sering menyerobot penumpang. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012