Surabaya - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Surabaya mencatat sekitar 62,7 persen pengidap HIV/AIDS di Kota Pahlawan didominasi usia produktif (20-39 tahun) dengan 89 persen penyebabnya adalah akibat perilaku seks bebas.
"Ini 'warning' bagi mereka yang gemar melakukan seks bebas," kata Ketua Pelaksana KPA Surabaya Bambang Dwi Hartono saat memberikan penjelasan di forum penanggulangan HIV/AIDS di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, 89 persen penularan HIV/AIDS di Surabaya akibat hubungan seks itu kini menjadi penyebab utama HIV/AIDS yang menggeser penasun (pengguna narkoba suntik) yang sebelumnya mendominasi.
"Terjadi pergeseran cara penularan, lima sampai enam tahun lalu didominasi penasun, kini hubungan seks menempati urutan pertama penularan HIV/AIDS," ujar Bambang yang juga Wakil Wali Kota Surabaya ini.
Yang lebih memprihatinkan, lanjut dia, dari keseluruhan temuan kasus HIV/AIDS di Surabaya itu tercatat 62,7 persen di antaranya tergolong usia produktif, yakni 20 sampai 39 tahun.
"Itu jelas situasi yang mengkhawatirkan karena dampaknya sangat luas. Kualitas hidup menurun, produktifitas kerja terganggu, dan lain sebagainya. Belum lagi efeknya terhadap keluarga dan orang-orang di sekitarnya," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) mengajak semua pihak untuk berperan aktif, termasuk aparat kepolisian, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Mengacu data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, jumlah temuan kasus HIV/AIDS pada tahun 2011 sebanyak 811 kasus. Sekitar 20 persen dari jumlah tersebut atau lebih tepatnya 161 di antaranya adalah pekerja seks komersial (PSK).
Jika dikalkulasi dari tahun 2007 hingga 2011 tercatat sebanyak 5.576 kasus HIV/AIDS terjadi di Surabaya. Angka tersebut belum termasuk tahun 2012, hingga triwulan pertama sudah 287 orang dinyatakan positif mengidap virus yang menyerang sistem imun atau kekebalan tubuh ini.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Esty Martiana Rachmi, mengatakan penularan HIV/AIDS adalah persoalan serius yang membutuhkan pola penanganan yang tepat.
Untuk itu, Pemkot Surabaya mengalokasikan anggaran khusus untuk pencegahan dan penanganan ODHA --sebutan penderita AIDS--, juga intensif menggelar forum bersama seperti saat ini.
Pada 30-31 Mei lalu, pihaknya telah melaksanakan pelatihan penanggulangan HIV/AIDS bagi staf Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) se-Surabaya guna mengintegrasikan upaya menghadapi penasun yang mempunyai permasalahan hukum terkait dengan kejahatan narkoba maupun tindak pidana lainnya.
"Diharapkan melalui forum ini, tercipta kesamaan persepsi dan komitmen pihak kepolisian terhadap upaya penanggulangan HIV-AIDS. Juga adanya dukungan akses layanan kesehatan bagi ODHA penasun yang berada di tahanan lapas maupun tahanan kepolisian," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012