Malang - Pemerintah Kota Malang kesulitan menertibkan anak jalanan, pengemis, gelandangan, dan pengamen musiman yang menyerbu kota itu menjelang Ramadhan. Kabid Sosial Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial (Disnakersos) Kota Malang Pipih Triastuti, Rabu mengakui, anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen itu mulai memadati Kota Malang, apalagi menjelang bulan puasa. "Seperti ritual tahunan, ketika menjelang Ramadhan, pengemis, anak jalanan maupun gelandangan yang jumlahnya mencapai ratusan itu didrop dari luar kota Malang, sehingga kami sulit untuk menertibkannya karena mereka bukan warga Kota Malang," ujarnya. Menurut dia, anak jalanan, gelandangan dan pengemis tersebut banyak yang berasal dari wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kota Batu dan Mojokerto. Mereka beranggapan mengais rezeki dengan "profesinya" di Kota Malang lebih mudah. Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya bekerja sama dengan Satpol PP setempat secara intensif akan menggelar operasi simpatik penertiban anak jalanan, pengemis dan gelandangan yang ada di wilayah Kota Malang. Selain itu, katanya, pihaknya juga telah mengirimkan surat pada masing-masing pemerintah daerah asal mereka. "Mereka yang terjaring razia, kami identifikasi datanya dan langsung kami kembalikan ke daerah asalnya, namun mereka pasti kembali lagi," ujarnya. Menanggapi maraknya anak jalanan, pengemis dan gelandangan yang menyerbu Kota Malang setiap menjelang Ramadhan tersebut, Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Christea Frisdiantara mengatakan, kondisi itu merupakan ritual tahunan yang harus diantisipasi. "Seharusnya Disnakersos sudah melakukan antisipasi yang salah satunya menggiatkan razia di titik-titik lokasi yang selama ini menjadi tempat mangkal mereka, seperti di setiap perempatan jalan utama (protokol)," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012