Bojonegoro - Mencari menu makanan Padang di Bojonegoro, Jawa Timur, tidaklah sulit, bisa diperoleh di sejumlah lokasi yang memang khusus menyediakan masakan Padang yang dikelola langsung warga asli Tanah Minang. Namun, mendapatkan menu masakan Padang, berkolaborasi dengan menu makanan Jawa, barangkali hanya ada di Warung "Matoh" di Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Kota, milik pasangan suami istri Safrizal (55) dan Juariyah (53). Meski lokasinya bukan berada di tepi jalan umum, berada di jalan perkampungan, tapi Warung "Matoh", begitu nama warung itu, selalu diserbu pengunjung dari berbagai kalangan sejak buka pagi hari hingga sore. "Pembeli makanan di warung kami beragam, mulai pelajar, hingga pejabat, menu utamanya beragam, mulai masakan Padang dan Jawa," kata Juariyah (53), di sela-sela melayani pembeli, Sabtu. Sebagaimana disampaikan Safrizal, dirinya yang berasal dari Padang, cukup menyadari membuka usaha makanan Padang, bisa saja diminati pembeli. Hanya saja, menurut dia, pembelinya terbatas, kurang menjanjikan, tapi dengan menampilkan menu masakan Padang dipadu dengan makanan Jawa, akan sangat tepat bagi lidah warga di daerah setempat. "Kami melakukan survei ke sejumlah lokasi warung yang menjual makanan Padang, tapi selalu kami perhatikan pembelinya biasa-biasa saja," tutur Safrizal, mengungkapkan. Berbekal survei itulah, kemudian Safrizal dan Juariyah membuka warung dengan menu masakan Padang, yang dilengkapi dengan berbagai aneka makanan khas Jawa. Juariyah mengaku bisa mempelajari cara membuat masakan Padang, karena pernah hidup di Padang bersama suaminya semasa muda. "Saya belajar membuat masakan Padang sendiri, tidak belajar kepada suami saya," ujarnya. Menurut dia, dalam membuka warung, tetap memanfaatkan konsep warung dengan lingkungan bersih, termasuk kondisi makanan dan harga terjangkau masyarakat pembeli. "Kebersihan penting, sebab kalau masakan dan lingkungan tempatnya kotor, pembeli akan lari, apalagi kalau sudah menyangkut rasa masakan tidak enak," katanya, menuturkan. Berapa jumlah menu makanan di Warung Matoh, Juariyah dan Safrizal tidak bisa menyebutkan, hanya diperkirakan jumlahnya puluhan, mulai menu masakan padang, sambal hijau lalap daun singkong, rendang, sambal balado terong, kuah sayur "tewel", juga yang lainnya. Menu Pepes "Pindhang" Masakan Jawa juga tersedia, di antaranya sayur asem, "bening", sop, bahkan sop buntut, ikan lele, patin, nilai, hingga berbagai aneka ikan Bengawan dan pepes "pindhang". Seperti diungkapkan Juariyah, menu utama yang paling diminati pembeli yaitu masakan padang dengan menu sambal hijau lalap daun singkong dan kuah sayur tewel. "Tapi pembeli memilih lauknya menu Jawa, seperti pepes pindhang, ikan lele, juga yang lainnya," katanya, menjelaskan. Ia mengambarkan, pada awal warungnya berdiri pada 2005 lalu, hanya menghabiskan cabai hijau 1/4 kilogram per hari, tapi setelah pembeli tahu keberadaan masakan warungnya, jumlah cabai hijau yang dimanfaatkan untuk membuat sambal meningkat menjadi 4 kilogram per hari. Berapa harga menu makanan di warung setempat, Juariyah mengatakan, pembeli bisa menikmati makanan di tempatnya dengan kenyang mulai Rp5.000 dan maksimal Rp15.000 per porsi, lengkap dengan minuman bisa memilih teh, jeruk atau lainnya. "Omset warung saya sekitar Rp3 juta per harinya," jelasnya. Keberadaan warung menu masakan Padang dan Jawa itu, akhirnya mendorong anaknya juga ikut berjualan berbagai aneka jus buah di depan warung itu, yang harganya sekitar Rp5 ribu per gelas. Safrisal mengaku, berminat membuka warung dengan menu masakan Padang dipadu masakan Jawa, di tempat yang lebih terbuka atau sekelas restoran. "Justru saya khawatir kalau menjadi restoran, pembeli takut membeli makanan saya, karena menganggap harganya mahal," ujarnya. Berbeda dengan sekarang ini, bagi pembeli yang ingin menikmati makanan di warung setempat, bisa duduk di dalam warung atau berada di seberangnya, sambil menikmati makanan sambil menikmati sungai yang lokasinya berada di tepi warung yang airnya jernih. "Saya bersama teman sering makan di warung ini, selain bisa menikmati masakan Padang dengan menu Jawa, juga membicarakan pekerjaan," kata seorang warga Kelurahan Sumbang, Kecamatan Kota, Tony Ade Irawan, yang bekerja di sebuah perusahan swasta itu.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012