Oleh Slamet Hidayat Sumenep - Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wat Tamwil Nahdlatul Ulama (KJKS BMT NU) Gapura di Sumenep, adalah salah satu koperasi yang awalnya bergerak di bidang usaha simpan pinjam bagi anggotanya. Semangat dan motivasi tinggi dari pengurus koperasi yang awal pembentukannya ditujukan untuk membantu pedagang kecil, seperti penjual rujak dan soto, terlepas dari jeratan rentenir itu, akhirnya berbuah manis. "Semula kami diminta pengurus MWC NU Gapura untuk mengelola koperasi pada 2004 guna 'berperang' melawan praktik rentenir maupun 'bank harian' yang menjerat ribuan pedagang kecil di sekitar kami," ujar Direktur KJKS BMT NU Gapura Masyudi. Menurut dia, saat itu (pertengahan 2004) sesuai informasi yang diterimanya, sebanyak 3.311 pedagang kecil di wilayah Gapura dan sekitarnya terjerat praktik rentenir maupun "bank harian", dan harus mengembalikan pinjamannya dengan bunga hingga 50 persen dalam sebulan. "Kami mulai mengelola koperasi ini bersama dua orang. Saat ini, kami sudah memiliki 48 karyawan untuk menjalankan koperasi ini beserta unit usaha lainnya," ucapnya. Masyudi mengatakan, hingga sekarang, dirinya bersama dua rekannya masih ingat masa sulit menjalankan koperasi pada tahun pertama berdirinya koperasi. "Kami hampir putus asa, karena hingga Maret 2004 ternyata tidak ada penabung. Bagi kami, itu salah satu indikator warga belum percaya pada koperasi kami. Namun, kami akhirnya bisa melalui masa sulit dan hingga sekarang tetap eksis," paparnya. Saat ini (hingga akhir 2012), KJKS BMT NU Gapura memiliki nasabah tabung sebanyak 7.081 orang dengan nilai tabungan sebesar Rp2,8 miliar, dan nasabah pembiayaan (peminjam) sebanyak 8.092 orang dengan nilai kredit sekitar Rp4,1 miliar. "Pada 2010-2011, kami berusaha membuka kantor cabang dan hingga sekarang sudah terealisasi di empat kecamatan, yakni Pragaan, Dungkek, Rubaru, dan Batang Batang. Aktivitas di empat kantor cabang kami terpantau sehat," kata Masyudi. Selain itu, KJKS BMT NU Gapura sudah memiliki usaha lain, yakni sewa mobil dan toko swalayan di Gapura. "Namun, hingga sekarang pun, kami tidak akan melupakan semangat awal pendirian koperasi ini, yakni memberdayakan pedagang kecil yang awalnya diimplementasikan dengan cara mencegah mereka terjerat praktik rentenir maupun 'bank harian'," ujarnya. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya tetap memiliki perhatian lebih kepada para pelaku usaha kecil tersebut. "Di luar nasabah pembiayaan yang sebanyak 8.092 orang itu, kami masih memiliki nasabah pembiayaan khusus, yakni pedagang kecil dan sebagainya sebanyak 6.071 orang, dengan layanan khusus," ucapnya. Mereka yang merupakan nasabah pembiayaan khusus itu tidak perlu repot ke Kantor KJKS BMT NU Gapura di Gapura maupun kantor cabang lainnya, karena proses administrasi pengajuan permohonan pembiayaan maupun angsuran, dilakukan di rumah pemohon. "Karyawan kami yang datang ke rumah para pemohon, sekaligus memantau perkembangan usaha mereka. Selain nasabah pembiayaan khusus itu, kami juga membina sekitar 600 anggota koperasi yang memiliki usaha ekonomi pdroduktif. Kami tidak akan meninggalkan mereka," tuturnya. Tak Disangka "Jangankan orang luar, pengurus NU Gapura termasuk kami sebagai penggagas dan yang hingga sekarang dipercaya sebagai pengelola, tidak menyangka koperasi akan bertahan dan berlanjut seperti ini. Masa sulit pada tahun pertama pendirian koperasi, hampir membuat kami menyerah," tukas Masyudi. KJKS BMT NU Gapura yang modalnya awalnya hanya Rp400 ribu itu merupakan salah satu koperasi di Sumenep yang berkinerja baik dan berprestasi hingga tingkat regional. Pada 2010, pengelola koperasi tersebut memperoleh predikat terbaik pertama di Jawa Timur untuk kategori koperasi jasa keuangan syariah dalam penganugerahan koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam koperasi berkinerja baik. Keberadaan KJKS BMT NU Gapura juga diakui oleh pengurus koperasi di luar Jawa Timur, yang dibuktikan dengan adanya studi banding dari pengelola koperasi dan pimpinan dinas koperasi dan UKM daerah lain, di antaranya dari Kabupaten Banjar (Kalimantan Selatan) pada 2009 dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah) pada 2010. "Hingga sekarang, KJKS BMT NU Gapura masih menjadi salah satu koperasi berkinerja baik di Sumenep dan layak menjadi contoh bagi pengurus koperasi lainnya," ujar Kabid Kelembagaan Koperasi dan SDM Dinas Koperasi dan UKM Sumenep, Akhmad Zaini. Di Sumenep, kata dia, saat ini terdapat 1.199 koperasi yang tersebar di 27 kecamatan. "Dari 1.199 koperasi itu, sebanyak 999 koperasi tergolong aktif yang ditandai dengan menggelar rapat anggota tahunan secara rutin, dan sisanya (200 koperasi) tercatat tidak aktif," ucapnya. Ia berharap pengurus seluruh koperasi di Sumenep punya semangat dan motivasi tinggi untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya. "Semuanya pasti bisa, kalau ada niat dan mengerahkan kemampuan terbaiknya, seperti yang ditunjukkan pengurus KJKS BMT NU Gapura. Kalau yang di Gapura saja bisa, tentunya pengurus koperasi di Kota dan kecamatan pinggiran lainnya juga bisa," paparnya. Zaini juga mengemukakan, secara kelembagaan, pihaknya terus berusaha membina para pengurus koperasi supaya senantiasa menjalankan program kerja lembaganya. "Pengurus harus punya motivasi tinggi untuk melaksanakan program kerjanya agar para anggota juga bersemangat guna membesarkan koperasinya. Pengurus dan anggota harus bersinergi," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012