Moskow (ANTARA/AFP) - Rusia tidak membahas nasib Bashar al-Assad dengan Amerika Serikat, kata wakil menteri luar negeri Rabu setelah satu laporan mengatakan Barat telah mendorong Moskow untuk menawarkan pengasingan Presiden Suriah. "Situasi masa depan Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak sedang dibahas dengan Amerika Serikat," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov kepada kantor berita Interfax. Kommersant Moskow, sehari sebelumnya mengutip seorang sumber diplomatik Rusia mengatakan, negara-negara Barat dipimpin oleh Amerika Serikat sedang melakukan "upaya aktif" untuk membujuk Moskow menawarkan rumah bagi Assad. Namun laporan tersebut menambahkan bahwa Moskow keberatan dengan ide itu, dan Ryabkov menekankan bahwa Rusia menolak solusi asing dalam konflik 16 bulan yang para pemantau katakan telah menewaskan lebih dari 16.500 jiwa. "Kami telah menjelaskan posisi kami berkali-kali: siapa yang memegang kekuasaan di Suriah adalah masalah yang harus diselesaikan oleh rakyat Suriah sendiri," kata Ryabkov. "Skema yang ditawarkan - atau lebih buruk lagi, yang dipaksakan - dari luar hanya membuat mereka terluka." Sementara itu Rusia Selasa juga menuduh Barat berusaha memutar balikkan satu perjanjian bagi transisi politik di Suriah, setelah utusan perdamaian internasional Kofi Annan mengatakan gencatan senjata adalah penting sekali. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memuji perjanjian Jenewa yang didasarkan pada usul-usul Annan sebagai satu "langkah penting", tetapi mengatakan ibu-ibu kota Barat harus membaca lagi pernyataan akhir itu ketimbang apa yang tetulis di kertas. "Perjanjian-perjanjian (Jenewa) ini jangan diinterpretasi. Mereka jelas bertujuan apa yang dikatakan dalam pernyataan akhir itu dan kita harus melaksanakan perjanjian-perjanjian yang telah kita buat," katanya. Pernyataan-pernyataannya itu diucapkan segera setelah juru bicara Annan, Ahmad Fawzi mengemukakan kepada wartawan satu "perubahan" dalam sikap-sikap Rusia dan sekutu diplomatiknya China dalam perundingan di Jenewa jangan diremehkan. Pertemuan dua hari kelompok-kelompok oposisi yang diselenggarakan secara tertutup di Kairo berakhir Selasa malam dengan satu penyataan konsensus, kata kantor berita resmi Mesir MENA. Konferensi itu diboikot oleh dua kelompok terbesar--Komisi Umum Revolusi Suriah (SRFC) dan Tentara Pembabasan Suriah (FSA). Pada Sabtu, sejumlah negara menyetujui satu rencana bagi satu transisi di Suriah yang tidak menyebut secara tegas imbauan pengunduran diri Presiden bashar al-Assad, tetapi Barat dengan cepat menegaskan tidak ada peran bagi Bashar dalam satu pemerintah persatuan.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012