Surabaya - Dua potensi lapangan gas di Jawa Timur sulit mengantisipasi keluhan sejumlah pengusaha terhadap defisit yang dialami komoditas tersebut selama ini. "Kebutuhan gas di Jatim mencapai 900 juta kaki kubik (MMSCFD), tapi pasokan yang ada sekarang sekitar 500 MMSCFD atau defisit 400 MMSCFD," kata Kepala Perwakilan BP Migas Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Elan Biantoro, di Surabaya, Senin. Menurut dia, sampai sekarang potensi lapangan gas Jatim di Lapangan Bidi di Selat Madura dengan perkiraan hasil produksi 150 MMSCFD. "Selain itu di Lapangan Bukit Tua di Bojonegoro dengan potensi sekitar 50 MMSCFD dan seluruh lapangan gas itu siap beroperasi tahun 2014," katanya. Bahkan, ungkap dia, potensi lain tampak di Jambaran Alas dan Tiung Baru yang masing-masing di Bojonegoro. Untuk itu, pihaknya memprediksi kebutuhan gas yang kian bertambah seiring pertumbuhan industri di Jatim belum tentu bisa dipenuhi. "Kelihatannya akan tetap defisit karena kebutuhan dan ketersediaan seolah kejar-kejaran," katanya. Sementara itu, tambah dia, biasanya realisasi produksi mengalami kemunduran dari POD (Plan of Development atau rencana pengembangan lapangan) yang sudah ditentukan. "Oleh sebab itu, upaya menyiasati permasalahan tersebut bisa dengan membangun 'regasification' unit," katanya. Ia optimistis, dengan adanya "regasification" unit maka kebutuhan gas tak perlu terus menggantungkan dari lapangan yang ada, tetapi bisa menyalurkan dari luar wilayah. "Khusus Jatim yang paling mudah dari Lapangan Tangguh atau impor dari Australia," katanya. Apalagi, lanjut dia, investasinya sangat mahal sehingga perlu ada insentif dari pemerintah seperti kemudahan bantuan dari perbankan. Namun, kini unit regasifikasi telah dibangun di Teluk Jakarta. "Tapi baru operasi Juli dan pihak yang membangun konsorsium yakni antara Pertamina dengan PGN," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012