"Mengambil keputusan untuk hal baru memang berat, untuk itu 'trial and error' merupakan sebuah pilihan yang harus dihadapiā€, demikian kalimat yang dikutip dari buku "Indahnya Bisnis Suami Istri" karya Asto Waluyo dan Ari Kuntari yang menceritakan suka duka mereka berdua membangun sebuah usaha yang bergerak dalam bidang pendidikan bahasa dan "event organizer" berbagai kegiatan. Perjalanan bisnis yang telah mereka tekuni itu kini telah memasuki kurun waktu 21 tahun. Waktu yang tidak pendek, karena mereka menekuni usaha bersama itu sejak masing-masing berada di bangku kuliah. Perjalanan waktu yang panjang itu tentu bukan jalan mulus yang mereka hadapi, tapi kadang terjal dan kadang landai. "Jatuh bangun dalam membangun usaha itu hal yang biasa," kata Ary saat membagi pengalaman pribadinya di hadapan peserta pelatihan karyawan BUMN yang akan menghadapi masa purnabhakti, di Bogor. Dituturkan bahwa dia bersama suaminya mendirikan International College menghadapi tantangan dari dalam keluarga sendiri, baik dari pihak keluarga suami mapun dari keluarganya sendiri. Persoalan yang datang dari keluarga sendiri dampaknya pasti lebih berat dibanding yang datang dari pihak luar. "Tapi bila semua dihadapi secara professional, hambatan menjalankan bisnis keluarga itu tidak ada masalah," ucap Ary alumnus IPB yang kini memiliki dua buah hati, Nikita (10) dan Mela (7). Seperti dituturkan oleh Asto Waluyo, bahwa Ary adalah wanita mandiri yang mempunyai semangat tinggi untuk mewujudkan setiap cita-citanya. "Sekalipun kami selalu berbagi tugas, tapi dia mempunyai prinsip yang tegas dan berani mengambil keputusan, sekalipun itu beresiko," demikian Asto menggambarkan sikap istrinya yang mampu melakukan segala sesuatu tanpa merepotkan orang lain. Bahkan Ary sendiri menuturkan bahwa dia harus berani ke dokter untuk menjalani operasi tumor di salah satu rumah sakit di Jakarta, tanpa harus ditemani suaminya, karena suami ada tugas di luar negeri. "Saya minta persetujuan dokter bahwa operasi yang harus saya jalani tanpa dihadiri suami dan keluarga lainnya, kecuali persetujuan anaknya berusia lima tahun yang ditemani 'baby sitter'-nya," tuturnya, mengisahkan. Ia melakukan itu sebagai bentuk komitmen kepada pasangan hidup saat mengahadapi suka maupun duka. Ia tidak ingin saling menggantungkan. Apalagi saat suaminya sedang berada di lura negeri, ia berprinsip "show must go on" untuk menjalankan roda perusahaan. Diakuinya, saat ia harus menjani pemeriksaan dokter hingga operasi, ia sengaja minta kepada dokter untuk melakukan operasi pada Jumat sore, saat kantor sudah mulai tutup dan hari Senin sudah kembali hadir di kantor, berada di tengah-tengah karyawannya yang notabene tidak mengetahui proses operasi yang ia jalani. "Saya hanya ingin menjaga agar perusahaan tidak mengalami kekacauan atau karyawan menjadi ribut karena saya sedang menjalini operasi," paparnya menggambarkan ketegaran dirinya sebagai seorang isteri yang harus mampu mengemban tugas di saat suami tidak ada di tempat. Saling menggantikan posisi dalam mengembangkan usaha keluarga harus dijalani dengan saling memiliki keterampilan, sekalipun secara de facto, suami mempunyai peran sebagai kepala rumah tangga, tapi dalam mengembangkan sebuah perusahaan harus bisa saling menggantikan. Prinsip yang selalu ia pegang untuk meraih sukses dalam berbagai bidang adalah merasa yakin bahwa setiap persoalan yang dihadapi pasti ada solusi yang memudahkan untuk menemukan jalan mencapai tujuan, karena semua sudah ditentukan oleh alam secara universal. (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012