Surabaya - Unesco bersama L'Oreal menggelar program "L'Oreal-Unesco For Women in Science" untuk menantang para perempuan peneliti muda di seluruh dunia, termasuk Indonesia. "Itu program pendanaan yang sangat bagus, karena bisa mendorong peneliti perempuan untuk mengembangkan keilmuan bagi masyarakat," kata dosen Jurusan Kimia FMIPA ITS, Sri Fatmawati, di kampus setempat, Sabtu. Program "L'Oreal-Unesco For Women in Science" itu merupakan suatu hasil kemitraan umum-swasta yang unik untuk mengakui, menyemangati dan mendukung perempuan di bidang sains di seluruh dunia. Sejak dibentuk, program ini telah memberi pengakuan kepada lebih dari 1.000 ilmuwan perempuan berbakat dari 103 negara di seluruh dunia. Untuk Indonesia, program itu telah diselenggarakan sejak tahun 2004 atas kerja sama didukung Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO yang setiap tahunnya menganugerahi pembiayaan bagi perempuan peneliti muda Indonesia. Empat program penelitian itu terdiri atas dua orang dengan penelitian di bidang "Life Sciences" dan dua orang di bidang "Material Sciences" dengan bantuan pendanaan penelitian senilai Rp70 juta kepada masing-masing pemenang. Hingga 2010, sebanyak 20 orang perempuan peneliti muda dari seluruh Indonesia yang terdiri dari 16 orang peneliti bidang "Life Sciences" dan empat orang peneliti bidang "Material Sciences" telah menerima "Fellowship" dari program itu. Penghargaan untuk riset itu berdampak positif dan signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian di Indonesia, bahkan tiga di antara mereka mendapat pengakuan internasional melalui "L'Oreal-UNESCO For Woman in Science International". "Karena ditujukan untuk peneliti muda, program ini hanya bisa diikuti oleh peneliti dengan usia maksimal 35 tahun dengan menyerahkan aplikasi untuk usulan penelitian yang akan dilakukan," katanya. Bila memang dinyatakan bagus dan layak oleh tim juri yang telah ditunjuk sesuai dengan dua bidang yang disyaratkan, maka para peneliti ini berhak untuk mendapatkan pendanaan penelitian. Dosen yang tahun lalu juga sempat mengikuti program itu berharap akan semakin banyak perempuan peneliti muda dari ITS yang ikut berperan dalam program yang tahun ini paling lambat pada 2 November. Sementara itu, WHO bekerja sama dengan BKKBN Pusat menggelar program "Women's Edition Seminar on Population and Family Planning" pada 2-9 Juni 2012. Program itu sudah berjalan tiga tahun dengan lokasi berpindah negara dan Indonesia adalah negara keempat. Acara itu diikuti jurnalis perempuan dari berbagai media internasional, terutama jurnalis dari negara sedang berkembang, untuk menjadi salah satu "agent of change" pola pikir masyarakat di negaranya masing-masing, khususnya pada masalah kontrasepsi. Delegasi adalah kelompok jurnalis yang dibina oleh USAID (United States Agency for International Development) melalui PRB (Population Reference Bureau) di Washington untuk mengampanyekan program KB dan kesehatan reproduksi di negara mereka masing-masing. "Delegasi berasal dari 10 negara yaitu Malawi, Pakistan, Kenya, Nepal, Liberia, Nigeria, Uganda, Filipina, India dan Zambia, namun delegasi dari Zambia tidak datang ke Indonesia, karena alasan pribadi," kata Prof Bambang Prajogo EW dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya saat menerima para delegasi. Di Unair, peserta melakukan kunjungan ke tim peneliti uji klinis Gendarusa sebagai obat kontrasepsi pria di Farmasi Unair Surabaya pada 7 Juni lalu. Peserta juga bertemu dengan pemangku kepentingan program KB yaitu bidan, Muhammadiyah, NU, dan jurnalis Indonesia, serta berkunjung ke pabrik Industri Obat Tradisional di Mojokerto. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012