Bogor - Penyair Indonesia yang baru menerima penghargaan "South East Asia Write Award" D Zawawi Imron, Minggu dalam orasi di kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, memukau ratusan mahasiswa pegururuan tinggi itu.
Dalam orasi pada acara "Tabligh Akbar dan Kontemplasi Budaya" yang digagas Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama Institut Pertanian Bogor (KMNU-IPB) di auditorium Sumardi Sastra Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), tepuk tangan selalu membahana saat ia memotret permasalahan bangsa dari perspektif budaya.
Lebih kurang 300 mahasiswa dari IPB dan perwakilan mahasiswa KMNU dari UGM, Universitas Negeri Semarang (UNNES), STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Iman, Parung Bogor, serta para pembina KMNU IPB, tidak beranjak dari tempat duduk untuk mendengar ceramahnya.
Zawawi Imron banyak menyitir kearifan lokal dari Jawa, Bugis, dan lainnya, termasuk ayat dari Al Quran.
Penyair berjuluk "Celurit Emas" itu, kemudian mengupas persoalan cinta Tanah Air, yang disebutnya bahwa Indonesia "masih membutuhkan bantuan orang asing" untuk mengetahui bahwa Nusantara ini adalah negeri yang indah.
Ia menceritakan bahwa pada tahun 1960-an, Rektor Universitas Al Azhar Kairo Syaikh Mahmud Syaltut berkunjung ke Indonesia, dan melukiskan negeri ini dengan sangat dahsyat.
"Mahmud Syaltut melukiskan Indonesia sebagai 'serpihan potongan surga yang diturunkan Allah SWT ke bumi'," katanya.
Menurut dia, melihat begitu indahnya Indonesia, karena di Mesir hanyalah kawasan gurun yang gersang, maka sampailah Mahmud Syaltut pada kesimpulannya dimaksud.
"Jadi, kita jangan sampai dibantu orang asing untuk mengetahui Indonesia," katanya disambut gemuruh tepukan mahasiswa dan undangan lainnya.
Ia menambahkan, dengan kasus semacam itu, dirinya menyebut "Radar keindonesiaan kita masih belum dicemerlangkan untuk mengetahui karunia yang diberikan Allah SWT".
Negara Bangsa
Sementara itu, dalam diskusi tersebut, juga dihadirkan dua narasumber lainnya, yakni Rektor Universitas Islam 1945 (Unisma) Bekasi Dr. Nandang Nazmul Munir, M.S., dan Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) yang juga anggota BPK Ali Masykur Musa.
Keduanya menyoroti permasalahan negara bangsa yang kemudian dipilih Indonesia sebagai pilihan final.
Nandang Nazmul Munir menyebutkan bahwa organisasi massa Islam besar di Indonesia, seperti NU dan Muhammadiyah menyikapi negara bangsa itu dalam wujud Pancasila.
Sementara itu, Ali Masykur Musa mengupas bahwa Indonesia punya pengalaman kesejarahan panjang berbagai sistem politik, baik dengan ideologi berbasis teokrasi maupun monarki.
"Namun, yang dipilih pendiri bangsa, termasuk wakil umat Islam sebagai keputusan final adalah 'negara bangsa' itu," katanya.
Ketua KMNU-IPB M. Zimamul Adli menjelaskan, kegiatan bertema "Dengan Keberagaman Budaya Indonesia, Bangkitkan Semangat Nasionalisme Pemuda Sebagai Pondasi Berbangsa" itu diadakan untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional 2012 sekaligus Hari Lahir Ke-2 KMNU IPB.
Menurut dia, Al Quran Surah Saba Ayat 15 menjadi salah satu dasar penyelenggaraan kegiatan itu.
Dalam ayat tersebut disinggung bahwa Allah SWT menciptakan suatu negeri yang dikaruniai rezeki yang melimpah serta penuh kedamaian.
"Inilah gambaran yang diharapkan oleh bangsa Indonesia saat ini. Kondisi tersebut akan tercapai jika para pemuda Indonesia memiliki karakter yang kuat dan bersatu dalam satu barisan untuk memajukan Indonesia," katanya.
Ia mengatakan bahwa tujuan acara itu membangkitkan semangat nasionalisme kepada diri pemuda Indonesia dan membentuk pemuda yang permikir solutif serta proaktif dalam pembangunan negara dengan modal kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012