Surabaya - Puluhan sopir bus di Terminal Tambak Osowilangun (TOW) Kota Surabaya mendatangi kantor Pemkot Surabaya, Senin, guna menyuarakan keberatan atas pemindahan trayek bus jurusan pantai utara (pantura) dari Terminal Purabaya ke TOW. Puluhan sopir bus dan perwakilan dari Perusahaan Otobus (PO) ini bermaksud ingin bertemu langsung dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Kedatangan mereka dengan membawa sepuluh bus dan sempat memblokir Jln. Walikota Mustajab. Namun setelah bernegosiasi dengan pihak kepolisian, seluruh bus kemudian diparkir di depan rumah dinas wali kota hingga ke Jln. Wijaya Kusuma. "Tolong pak, mengertilah maksud kami. Kami hanya mau bertemu bu wali, mohon kebijakannya ditinjau kembali, bukannya dibatalkan," kata Koordinator PO Jalur Pantura, Iswahyudi. Sayangnya, lanjut dia, para sopir yang menolak dipindah dari Terminal Purabaya ke TOW tersebut kembali gagal bertemu wali kota. Mereka hanya ditemui Asisten III Sekkota Surabaya, M Taswin, dan Asisten IV Sekkota Surabaya, Eko Haryanto. Melihat kedatangan dua asisten tersebut, mereka justru bereaksi keras. Mereka menolak bertemu asisten karena merasa aspirasi yang disampaikan ke Asisten IV saat berunjuk rasa Jumat (4/5) lalu tidak memperoleh jawaban jelas. "Kami tidak mau bertemu asisten, kami maunya bertemu bu wali kota langsung," katanya. Iswahyudi mengatakan, tuntutan mereka sebenarnya tidak di luar batas kemampuan pemkot. Mereka hanya meminta TOW dibangunkan infrastruktur, seperti ruang tunggu, toilet dan parkir. "Kapasitas di TOW itu hanya 80 bus. Sementara bus trayek pantura itu jumlahnya 533 bus. Makanya kami ingin bertemu wali kota, lima menit saja. Bu Wali juga tidak perlu takut dengan kami," kata Iswahyudi. Karena tetap tidak bisa menemui wali kota, para sopir bus ini akhirnya membubarkan diri. Mereka juga tidak melakukan tindakan anarkis meski gagal bertemu wali kota. Sementara saat, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan pemindahan bus jalur pantura tidak bisa diganggu gugat karena juga terkait dengan hidup-matinya angkutan dalam kota yang menghubungkan Purabaya dan TOW. "Secara teori, bus antarkota tidak bisa memotong langsung jalur yang ada. Bagaimana pun, penumpang dari Terminal Purabaya ke TOW maupun sebaliknya menjadi jatah angkutan dalam kota. Kalau diambil juga, angkutan dalam kota bisa mati," kata Risma. Risma menambahkan, pemindahan trayek dari Terminal Purabaya ke TOW bukan hanya untuk memenuhi tuntutan para sopir antarkota dalam provinsi (AKDP) pada unjuk rasa beberapa waktu lalu. Tapi juga untuk menghidupkan kembali angkutan dalam kota yang menghubungkan Purabaya dengan TOW. Selain itu, selama ini penumpang di trayek tersebut sepi karena banyak bus dari Terminal Purabaya yang langsung menuju jalur pantura. Terkait tuntutan yang disampaikan para sopir agar tidak dipindah lebih dulu sebelum infrastruktur yang ada memadai, Risma menilai hal itu lama-kelamaan tidak masuk akal. Wali kota menilai mereka hanya mempersoalkan ramai tidaknya TOW. "Kalau mereka tidak masuk TOW, ya, terminalnya jelas sepi. Karena itulah, trayeknya kami pindah," kata Risma. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012