Yogyakarta - Makan bukan lagi sekadar urusan mengenyangkan perut, tetapi lebih dibutuhkan lagi untuk memberikan sensasi kegembiraan dan menjadi bagian gaya hidup. Karena itulah, kini banyak orang yang menyukai wisata kuliner ekstrem. Bukan hanya makanan yang ekstrem, melainkan juga lokasi yang sulit, sehingga menantang untuk di jangkau.
Menu Nasi Gunung Merapi, bisa menjadi salah satu pilihan bagi para petualang. Ini hanya bisa didapatkan di warung milik Ngantini di bantaran jurang Kali Bebeng, Dukuh Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DIY. Suguhan nasi putih yang pulen, dengan lauk sederhana berupa sayur daun ranti dan ikan asin atau belalang goreng menjadi menu khas warung nasi gunung Mbak Ngantini.
Kesederhanaan menu tersebut, sebenarnya disebabkan tidak adanya penjual sayuran yang mau datang ke lokasi sektar 3,5 kilometer dari puncak Merapi tersebut. Hal itu, justru membuat pemilik warung di lereng Gunung Merapi menjadi lebih kreatif untuk bertahan hidup dengan mengonsumsi dedaunan khas Hutan Merapi berupa daun Ranti.
Daun ranti diambil dari lereng atas, yakni dari tanam perdu yang tumbuh liar. Selain mencari sediri, Ngantini kadang juga membeli dari warga pencari kayu bakar, dengan harga Rp5 ribu per ikat kecil. Daun ranti, hampir mirip dengan daun cabai. Daun tanaman liar itu terasa nikmat saat dioseng dengan cabai merah ditambah bumbu-bumbu seadanya. Ada sensasi rasa mint, sehingga terasa segar di mulut.
Mengonsumsi daun ranti diyakini bisa membuat awet muda dan badan lebih sehat, karena tanaman gunung yang tumbuh liar itu bebas dari bagan-bahan kimia, baik pupuk atau obat. Apabila tidak ada pemetik daun ranti yang datang, biasanya Ngatini menyiapkan menu sayur daun labu siam yang lebih mudah didapat, karena tanaman ini banyak dibudidayakan warga setempat.
Sedangkan lauknya, keseharian lebih sering disuguhkan ikan asin, atau belalang goreng. Sebagai pelengkap ada sambal. Semua menu di masak dengan api tungku menggunakan kayu bakar, dan disajikan dalam peralatan sederhana pula, berupa plastik atau piring seng. Suatu kesederhanaan, yang bisa mengingatkan manusia untuk lebih menyatu dengan alam. Untuk minuman yang ada adalah jeruk atau teh panas, sekaligus untuk menghangatkan badan.
Lokasi ini bisa dijangkau melalui jalan perbatasan Klaten-Sleman dari simpang empat Manisrenggo-Sleman lurus naik hingga sampai simpang tiga Srunen. Dari simpang tiga ini, ke arah kiri menuju Bebeng sekitar 15 menit perjalanan dengan sepeda motor atau mobil. Bagi yang belum terbiasa dengan medan sulit, sebaiknya mengajak sopir yang sudah berpengalaman.
Sebelum menyantap nasi gunung, ada baiknya terlebih dahulu menikmati pemandangan Merapi berupa hamparan lahar dingin menyatu dengan hijau dedaunan tanaman hutan. Apabila masih kuat, bisa menuruni lembah Kali Bebeng dengan perjalanan setapak melewati bibir jurang terjal. Hal ini tentunya hanya untuk mereka yang bernyali, karena tanpa keberanian ekstra, bisa-bisa terpeleset dan jatuh ke jurang.
Mbah Duki Biro Yogyakarta (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
Editor : Chandra Hamdani Noer
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012