Havana (ANTARA) - Pemerintah Kuba berencana untuk menghapus beragam pembatasan yang telah mencegah rakyatnya dari bepergian ke luar negeri dalam beberapa dasawarsa terakhir, kata Presiden Majelis Nasional Ricardo Alarcon dalam sebuah wawancara, Jumat (Sabtu WIB). Alarcon mengatakan, Kuba "merupaya mewujudkan reformasi radikal di bidang imigrasi menyeluruh." Ia memberikan sejumlah kecil rincian dalam sebuah wawancara dengan media digital Huffington Post tapi ia menegaskan bahwa hal itu merupakan isu prioritas bagi pemerintah. "Salah satu pertanyaan yang kami bicarakan saat ini pada tingkat pemerintahan tertinggi adalah pertanyaan tentang migrasi," katanya. Alarcon mengatakan 'migrasi adalah salah satu tema yang paling sering dimanipulasi oleh Amerika Serikat. Sejak tahun 1959, isu itu telah digunakan sebagai senjata destabilisasi terhadap Kuba dan sebagai sarana untuk mendistorsi realitas di Kuba." Kuba telah memberlakukan pembatasan perjalanan selama setengah abad tetapi mereka tidak mencegah ribuan rakyatnya melakukan migrasi ilegal setiap tahun, terkadang bahkan menyeberangi lautan berbahaya menggunakan perahu reyot. Sejak 1966, pemerintah Amerika Serikat menghadiahi rakyat Kuba izin tinggal otomatis bila bisa mencapai Amerika Serikat. Untuk bepergian ke luar negeri secara sah, rakyat Kuba memerlukan izin yang berlaku selama 30 hari yang dapat diperpanjang 10 kali, namun setelah itu mereka harus kembali ke Kuba atau kehilangan hak untuk tinggal di negeri mereka sendiri. Persyaratan untuk mendapatkan visa dan ijin memerlukan biaya yang berbeda-beda yang membuat melakukan perjalanan ke luar negeri adalah hal yang mustahil bagi sebagian besar rakyat Kuba, terutama yang berpenghasilan kurang dari 20 dolar per bulannya. Namun demikian, lebih dari 30 ribu rakyat Kuba melakukan migrasi yang sah setiap tahunnya. Presiden Kuba Raul Castro musim panas lalu mengumumkan bahwa pemerintah merencanakan mereformasi aturan migrasi yang akan diperkenalkan secara bertahap. 'Belum ada penjelasan lain bagi pembatasan-pembatasan ini, kami perlu melindungi sumber daya manusia kami," kata Alarcon. 'Pelatihan dokter, teknisi, guru, dan sebagainya terlalu mahal untuk Kuba dan Amerika Serikat telah melakukan yang terbaik untuk menjauhkan kami dari sumber daya manusia ini.'(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012