Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) Mayor Jenderal TNI Taufik Budi Santoso mengatakan bahwa pandangan unik dari anggota militer perempuan dapat berkontribusi terhadap pembangunan keterampilan militer.
Agar pandangan tersebut dapat direalisasikan dalam pembangunan keterampilan militer, dibutuhkan kebijakan khusus bagi perempuan dalam organisasi militer.
"Implementasi harus mencakup kebijakan dan mekanisme khusus bagi perempuan untuk mencapai posisi kepemimpinan dan pembuat keputusan dalam organisasi," kata Taufik dalam pernyataannya yang dibacakan oleh Kolonel Arh Budi Laksono pada pembukaan Simposium Kepemimpinan yang Responsif Jender di Jakarta, Sabtu.
Kolonel Arh Budi Laksono hadir untuk mewakili Komandan PMPP Mayjen TNI Taufik Budi Santoso yang tidak bisa datang ke acara simposium tersebut.
Taufik juga berpendapat bahwa pandangan dari kepemimpinan yang responsif jender di dalam organisasi militer adalah suatu elemen yang dibutuhkan untuk memenangkan perdamaian dan mencapai keamanan yang komprehensif.
Dia melanjutkan bahwa organisasi yang secara tradisional didominasi laki-laki memiliki budaya dan struktur organisasi maskulin tertentu dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan pencapaian posisi kepemimpinan bagi perempuan.
Struktur organisasi maskulin itu, lanjut Taufik, merupakan hal yang tertanam dalam stereotip dan praktik organisasi sehingga merugikan perempuan yang berupaya naik ke posisi pemimpin.
Mereka yang beradaptasi secara fleksibel dengan lingkungan keamanan nasional, regional dan global yang berkembang pesat adalah mereka yang memiliki kemungkinan besar untuk berhasil dalam sebuah misi, kata Taufik.
Kedutaan Besar Kanada, dalam hal ini Program Pelatihan dan Kerja Sama Militer Kanada (MTCP), bermitra dengan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI menyelenggarakan Simposium Kepemimpinan yang Responsif Jender di Jakarta.
Simposium itu merupakan penutup kursus Integrasi Perspektif Perempuan dan Jender di dalam Angkatan Bersenjata yang diselenggarakan oleh Indonesia dan Kanada dari 9-14 Desember 2024 dengan partisipasi dari Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Filipina.
Simposium tersebut mendorong diskusi kritis tentang cara-cara di mana para pemimpin di semua tingkatan memiliki potensi untuk mengubah budaya organisasi, berbagai praktik terbaik, dan membantu memajukan agenda Perempuan, Perdamaian dan Keamanan di Indonesia dan sekitarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Agar pandangan tersebut dapat direalisasikan dalam pembangunan keterampilan militer, dibutuhkan kebijakan khusus bagi perempuan dalam organisasi militer.
"Implementasi harus mencakup kebijakan dan mekanisme khusus bagi perempuan untuk mencapai posisi kepemimpinan dan pembuat keputusan dalam organisasi," kata Taufik dalam pernyataannya yang dibacakan oleh Kolonel Arh Budi Laksono pada pembukaan Simposium Kepemimpinan yang Responsif Jender di Jakarta, Sabtu.
Kolonel Arh Budi Laksono hadir untuk mewakili Komandan PMPP Mayjen TNI Taufik Budi Santoso yang tidak bisa datang ke acara simposium tersebut.
Taufik juga berpendapat bahwa pandangan dari kepemimpinan yang responsif jender di dalam organisasi militer adalah suatu elemen yang dibutuhkan untuk memenangkan perdamaian dan mencapai keamanan yang komprehensif.
Dia melanjutkan bahwa organisasi yang secara tradisional didominasi laki-laki memiliki budaya dan struktur organisasi maskulin tertentu dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan pencapaian posisi kepemimpinan bagi perempuan.
Struktur organisasi maskulin itu, lanjut Taufik, merupakan hal yang tertanam dalam stereotip dan praktik organisasi sehingga merugikan perempuan yang berupaya naik ke posisi pemimpin.
Mereka yang beradaptasi secara fleksibel dengan lingkungan keamanan nasional, regional dan global yang berkembang pesat adalah mereka yang memiliki kemungkinan besar untuk berhasil dalam sebuah misi, kata Taufik.
Kedutaan Besar Kanada, dalam hal ini Program Pelatihan dan Kerja Sama Militer Kanada (MTCP), bermitra dengan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI menyelenggarakan Simposium Kepemimpinan yang Responsif Jender di Jakarta.
Simposium itu merupakan penutup kursus Integrasi Perspektif Perempuan dan Jender di dalam Angkatan Bersenjata yang diselenggarakan oleh Indonesia dan Kanada dari 9-14 Desember 2024 dengan partisipasi dari Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Filipina.
Simposium tersebut mendorong diskusi kritis tentang cara-cara di mana para pemimpin di semua tingkatan memiliki potensi untuk mengubah budaya organisasi, berbagai praktik terbaik, dan membantu memajukan agenda Perempuan, Perdamaian dan Keamanan di Indonesia dan sekitarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024