Bunyi ledakan di kediaman Abdul Ghofur (48) di Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, Tuban, Jatim, Senin (19/3) sekitar pukul 05.30 WIB, cukup mengagetkan warga di desa setempat. Bahkan juga warga luar desa, karena bunyi ledakan di pagi buta itu, terdengar hingga Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari Desa Bangilan. Kejadian ledakan yang mengakibatkan pemilik rumah, Abdul Ghofur dan istrinya, Zairoh (48), menderita luka-luka pada kakinya terkena serpihan benda, seperti mika dan keramik, hangat menjadi perbincangan warga setempat. Apalagi, kejadian ledakan itu berselang sehari dari kejadian tertembaknya lima terduga teroris di Denpasar, Bali. "Itu perbuatan orang gila, tidak ada hubungannya dengan teroris, juga teror kepada keluarga kami," kata Penasehat Cabang Muslimat NU Tuban, Hj Hanifah Muzadi, di kediamannya. Hanifah, yang juga kakak kandung mantan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi itu, mengaku, tidak tahu motif, pelaku peledakan di kediaman Abdul Ghofur yang masih familinya itu. Bahkan, Kapolda Jatim, Irjen Pol Hadiatmoko yang mengunjungi lokasi kejadian dan singgah di kediamannya, juga tidak menanyai dirinya, masalah kejadian ledakan itu. "Bapak Kapolda Jatim, sewaktu singgah di rumah kami, hanya untuk makan dan shalat, tidak membahas sama sekali kejadian ledakan itu," katanya, menegaskan. Termasuk, lanjutnya, Hasyim Muzadi yang mendengar kabar kejadian ledakan di kediaman Abdul Ghofur, juga tidak terlalu mempermasalahkan. "Kejadian ledakan itu, sudah ditangani polisi," ucapnya. Hal itu juga seperti disampaikan Kepala Desa Bangilan, Kecamatan Bangilan, Sukirno, kecil kemungkinan ledakan itu, merupakan ulah teroris. Pertimbangannya, pekerjaan sehari-hari Abdul Ghofur hanya sebagai pedagang di Pasar Bangilan, sedangkan istrinya, Zairoh, bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta di Bangilan, sehingga kecil kemungkinan menjadi sasaran teroris. Ia meyakinkan, warga desanya yang berpenduduk sekitar delapan ribu jiwa, tidak ada yang pernah tersangkut jaringan teroris, termasuk tiga ponpes di desanya dan yang terbesar adalah Ponpes As Salam yang memiliki sekitar 1.000 santri dari berbagai daerah di Indonesia juga tergolong ponpes yang terbuka. Namun, ia menduga, kejadian ledakan tersebut, ada hubungannya dengan perkawinan Dina Kamila, yang masih keponakan Abdul Ghofur, yang rumahnya persis di sebelahnya. Rencananya, keluarganya itu, meramaikan pernihakan Dina Karmila, yang masih keponakan Abdul Ghofur, Selasa (20/3). "Mau bagaimana lagi, hajatan tetap jalan, ya dalam kondisi tegang, sehabis terjadi ledakan," kata Muhlisin (37), kerabat Abdul Ghofur, menjelaskan. Meski demikian, menurut Sukirno, kejadian ledakan tersebut cukup mengagetkan warga di desanya. Sebab selama ini, di daerah setempat tidak pernah ada kejadian ledakan semacam itu. Lokasi ledakan itu, persisnya berada di luar rumah di dekat pintu belakang Abdul Ghofur. Terjadinya ledakan bersamaan dengan Abdul Ghofur membuka pintu belakang rumahnya. Karena istrinya, Zairoh, juga di dapur, ketika terjadi ledakan, terkena serpihan mika dan keramik di kaki kanannya, termasuk kaki Abdul Ghofur. "Ini saya membawa contoh serpihan mika dan keramiknya, di lokasi kejadian jumlahnya cukup banyak, ada juga yang menancap di pepohonan di belakang rumah Abdul Ghofur," katanya, sambil menunjukkan serpihan mika dan keramik warna hijau dan merah. Ia juga tidak terlalu yakin, bunyi ledakan itu, berasal dari sebuah bom rakitan, sebab banyak warga setelah kejadian ledakan melihat asap mengepul yang baunya mirip petasan. Di lokasi kejadian, dampak ledakan juga tidak menimbulkan kerusakan hebat, kecuali ada lubang kecil di tanah, akibat terkena ledakan. "Hanya saja, kalau warga yang berada di bagian timur lokasi, mendengar bunyi ledakan mirip bom, tapi warga yang lokasinya di barat, bunyi ledakan itu tidak terlalu keras," katanya. Aan (32), misalnya, yang rumahnya bersebelahan dengan Abdul Ghofur mengaku, ketika itu, dirinya masih tidur dan terbangun, karena mendengar bunyi ledakan yang mirip bom. "Getarannya sangat kuat sekali," ucapnya. Perkiraan Sukirno ledakan itu bukan bom, diperkuat Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Hilman Thayib yang memastikan ledakan di Desa Bangilan, Tuban, Jawa Timur itu bukan bom. "Kami pastikan bukan bom, karena unsur-unsur yang mengindikasikan itu, seperti unsur bahan peledak, pemicu, tematik, dan lainnya, tidak ada, apalagi wilayah itu selama ini tergolong aman," katanya. Dimintai konfirmasi, Kapolda Jatim, Irjen Pol Hadiatmoko menyatakan, kejadian itu juga tidak ada kaitannya dengan jaringan teroris. "Untuk mempercepat penyelidikan, Polda Jatim mengambil alih kasus itu. Penyelidikannya langsung di bawah kendali Direktorat Reserse Umum," katanya, menjelaskan. Didampingi Kapolres Tuban, AKBP Awang JR, ia menjelaskan pengambilalihan kasus itu, karena di lokasi kejadian ada ledakan, juga darah korban, juga untuk mencari sidik jari yang ada di lokasi, untuk diteliti di Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya di Mapolda Jatim. Selain itu, Tim Penjinak Bom Polda Jatim di Bojonegoro, juga diterjunkan untuk melakukan penyisiran di kediaman Abdul Ghofur yang diberi garis polisi hingga halaman belakang rumah. Namun, Kapolda Jatim belum bisa menjelaskan, jenis bahan peledak yang dimanfaatkan, termasuk motif pelaku peledakan dikediaman Abdul Ghofur itu. "Kalau melihat di lokasi kejadian, yang jelas hanya ada serpihan mika, bukan besi atau yang lainnya. Saya juga menanyai korban di RS Tuban, apakah selama ini memiliki musuh atau sedang ada masalah," katanya. "Secepatnya kasus ini akan kami ungkap," katanya, berjanji. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012