Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mencatat harga panen tembakau di wilayah setempat tahun 2024 tergolong cukup bagus yakni tembus Rp52 ribu per kilogram untuk kualitas bagus.
"Untuk harga jual tembakau setelah panen tahun ini di Ngawi masih tergolong bagus. Yakni di kisaran Rp40 ribu hingga Rp52 ribu per kilogram," ujar Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura, DKPP Kabupaten Ngawi Hendro Budi Suryawan di Ngawi, Rabu.
Menurut dia, curah hujan yang mulai terjadi di Kabupaten Ngawi sempat membuat produksi tembakau pada panenan ketiga bulan Oktober ini menurun. Jika sebelumnya saat puncak kemarau petani bisa memanen hingga 2 ton, kini turun di kisaran 1,5 ton hingga 1,6 ton.
"Meski dari jumlah panen turun, namun harga jual tetap bagus. Hal itu karena petani tembakau Ngawi telah bekerja sama dengan mitra yang membutuhkan produk. Bahkan untuk kualitas bagus harga bisa tembus Rp55 ribu per kilogram," ujarnya.
Hendro menjelaskan, harga jual pasca-panen yang tinggi membuat luasan tanam komoditas tembakau di Ngawi tahun 2024 meningkat dari tahun lalu. Petani beralih menanam dari padi ke tembakau saat memasuki musim kemarau mulai bulan Mei ataupun Juni.
Sesuai data, tahun 2023 jumlah luas lahan tanaman tembakau mencapai 1.400 hektare yang meningkat menjadi 1.702 hektare.
Guna memaksimalkan hasil panen, DKPP Kabupaten Ngawi terus mendampingi dan memberikan penyuluhan agar petani mulai menanam tembakau sekitar bulan Mei setiap tahunnya.
"Hal itu mengantisipasi jika bulan Oktober saat panen ketiga memasuki musim hujan, petani tidak rugi. Hal itu karena semakin panas, kualitas daun tembakau yang dipanen semakin bagus," kata dia.
Adapun, sentra tanam tembakau di Ngawi terdapat di Kecamatan Karangjati, Pangkur, Padas, dan Bringin, serta beberapa rintisan di Jogorogo, Kendal, Sine, Ngrambe, dan lainnya. Total produksi tembakau tahun 2024 tercatat di kisaran 2.500-3.000 ton.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Untuk harga jual tembakau setelah panen tahun ini di Ngawi masih tergolong bagus. Yakni di kisaran Rp40 ribu hingga Rp52 ribu per kilogram," ujar Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura, DKPP Kabupaten Ngawi Hendro Budi Suryawan di Ngawi, Rabu.
Menurut dia, curah hujan yang mulai terjadi di Kabupaten Ngawi sempat membuat produksi tembakau pada panenan ketiga bulan Oktober ini menurun. Jika sebelumnya saat puncak kemarau petani bisa memanen hingga 2 ton, kini turun di kisaran 1,5 ton hingga 1,6 ton.
"Meski dari jumlah panen turun, namun harga jual tetap bagus. Hal itu karena petani tembakau Ngawi telah bekerja sama dengan mitra yang membutuhkan produk. Bahkan untuk kualitas bagus harga bisa tembus Rp55 ribu per kilogram," ujarnya.
Hendro menjelaskan, harga jual pasca-panen yang tinggi membuat luasan tanam komoditas tembakau di Ngawi tahun 2024 meningkat dari tahun lalu. Petani beralih menanam dari padi ke tembakau saat memasuki musim kemarau mulai bulan Mei ataupun Juni.
Sesuai data, tahun 2023 jumlah luas lahan tanaman tembakau mencapai 1.400 hektare yang meningkat menjadi 1.702 hektare.
Guna memaksimalkan hasil panen, DKPP Kabupaten Ngawi terus mendampingi dan memberikan penyuluhan agar petani mulai menanam tembakau sekitar bulan Mei setiap tahunnya.
"Hal itu mengantisipasi jika bulan Oktober saat panen ketiga memasuki musim hujan, petani tidak rugi. Hal itu karena semakin panas, kualitas daun tembakau yang dipanen semakin bagus," kata dia.
Adapun, sentra tanam tembakau di Ngawi terdapat di Kecamatan Karangjati, Pangkur, Padas, dan Bringin, serta beberapa rintisan di Jogorogo, Kendal, Sine, Ngrambe, dan lainnya. Total produksi tembakau tahun 2024 tercatat di kisaran 2.500-3.000 ton.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024