Madiun - Pemerintah Kota Madiun melibatkan berbagai elemen masyarakat guna mengantisipasi fenomena prostitusi dan tindakan asusila di kalangan pelajar setempat. "Saya sangat prihatin dengan tingkah laku anak-anak di Kota Madiun dan sekitarnya saat ini. Pelajar umur 13 dan 14 tahun telah terang-terangan berani menjajakan diri," ujar Wali kota Madiun Bambang Irianto, dalam acara sosialisasi peningkatan pembinaan ideologi dan HAM menyikapi maraknya praktik tindak asusila anak di bawah umur di Gedung Diklat Kota Madiun, Senin. Acara ini diikuti sekitar 350 peserta yang berasal dari pejabat Pemkot Madiun, anggota DPRD, Kepolisian Resor Madiun Kota, Kejaksaan Negeri, Majelis Ulama Indonesia, kepala sekolah, guru, perwakilan pelajar dan mahasiswa, serta tokoh masyarakat di Kota Madiun. Wali kota menilai, maraknya tindak asusila pada anak-anak hingga terjerumus ke dunia prostitusi merupakan imbas dari kemajuan teknologi dan globalisasi. "Orang tua saat ini belum siap dengan era globalisasi yang demikian pesat. Sehingga pengawasan terhadap anak-anak saat ini masih disamakan dengan eranya pada waktu masih muda. Padahal ini sudah berbeda, pendekatan dan pendidikan yang diberikan harus menyesuaikan," tutur Bambang. Pihaknya mengibaratkan kemajuan teknologi dan globalisasi merupakan dua sisi mata pisau yang sama-sama tajam. Satu sisi sangat menguntungkan dan sisi lainnya bisa berakibat negatif. "Saya berharap melalui acara ini yang melibatkan dari berbagai unsur masyarakat akan timbul suatu pemikiran dan tindakan nyata untuk menekan perilaku negatif anak. Tentunya pembinaan di sekolah dan peran para orang tua juga sangat penting," tutur dia. Ketua MUI Kota Madiun, Sutoyo, yang juga menjadi pembicara dalam sosialisasi ini, juga menyatakan prihatin dengan adanya kasus prostitusi di kalangan pelajar yang berhasil diungkap oleh kepolisian setempat, baru-baru ini. "Temuan kasus tersebut sangat memprihatinkan. Yang terungkap oleh polisi adalah bagian luarnya saja, jika diselidiki lebih dalam, hasilnya akan sangat mengejutkan semua pihak," ujar Sutoyo. Pihaknya menilai, gaya bergaul sebagian besar pelajar tingkat SMP dan SMA di Kota Madiun dan sekitarnya saat ini telah jauh meninggalkan norma agama. Ia menyebutkan berdasarkan pengamatan timnya, dua dari 10 siswa SMP dan SMA di Madiun telah melakukan hubungan seks bebas dan bahkan ada beberapa di antaranya yang terjerumus ke dunia prostitusi. "Karena itu, semua pihak, baik orang tua, sekolah, lingkungan, dan dunia pendidikan harus memberikan pendampingan dan pembinaan kepada anak-anak agar tidak terjeruus ke hal-hal yang negatif," kata dia. Sebelumnya, pihak Kepolisian Resor Madiun Kota berhasil mengungkap kasus penjualan anak untuk kepetingan eksploitasi seksual di wilayah hukumnya. Dari pengakuan seorang germo yang berhasil ditangkap, pihaknya memiliki belasan pekerja seks komersial (PSK) yang semuanya masih berstatus pelajar atau berusia di bawah umur. Modusnya, tersangka merekrut para PSK berstatus pelajar tersebut untuk melayani laki-laki dengan imbalan uang. Praktiknya, tersangka menghubungi para PSK pelajar tersebut melalui telepon seluler dan mengantar korban menemui laki-laki yang akan berkencan dengan korban. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012