Ratusan hektar (ha) tanaman tembakau di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, rusak akibat hujan yang turun selama beberapa hari pada musim kemarau saat ini atau kemarau basah sehingga merugikan petani.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Ngawi Sojo, di Ngawi, Selasa, mengatakan hujan deras yang mengguyur di wilayahnya selama beberapa hari terakhir berturut-turut mengakibatkan tanaman tembakau rusak sehingga gagal panen.

"Tanaman tembakau siap panen di daerah sini sekitar 40 persen layu hingga akhirnya banyak yang mati, karena sempat terendam air hujan selama beberapa hari terakhir," ujarnya.

Menurutnya, tanaman tembakau yang terendam air tidak bisa tumbuh normal, layu, dan akhirnya mati. Jika dibiarkan, maka dipastikan petani tembakau di Ngawi terancam gagal panen.

Sesuai data, luas lahan tanaman tembakau siap panen pada tahun 2024 di daerah Ngawi mencapai 1.700 hektare. Dari luas tersebut yang rusak mencapai kisaran 400-500 ha.

Rata-rata untuk satu ha membutuhkan biaya tanam Rp30 juta hingga Rp45 juta. Dengan asumsi panen normal per ha mencapai 2 ton, maka petani bisa meraih untung kisaran Rp70 juta hingga Rp80 juta.

"Namun jika kondisi hampir 50 persen tanaman rusak akibat hujan, maka bisa balik modal biaya tanam saja udah bagus untuk petani tembakau," kata Sojo.

Menyikapi kondisi itu, Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Ngawi Hendro Budi Suryawan mengatakan petani bisa memanen paksa tanaman tembakaunya untuk menghindari kerugian yang lebih banyak.

"Kondisi cuaca memang tidak dapat diprediksi. Untuk menghindari kerugian lebih banyak, petani bisa memanen paksa tanaman tembakaunya yang siap panen," katanya lagi.

Ia berharap hingga akhir musim kemarau cuaca bisa mendukung, sehingga saat masa panen raya tanaman tembakau pada pertengahan Oktober ini, dapat maksimal.

Adapun, sentra tanam tembakau di Ngawi terdapat di Kecamatan Karangjati, Pangkur, Padas, dan Bringin, serta beberapa rintisan di Jogorogo, Kendal, Sine, Ngrambe, dan lainnya.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Astrid Faidlatul Habibah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024