Pemerintah Kota Surabaya memudahkan akses mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) kepada nelayan di kota setempat salah satunya melalui peresmian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) di Surabaya.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi di Kota Surabaya, Jumat, mengatakan, peresmian SPBUN ini, adalah untuk memudahkan kelompok usaha bersama (KUB) nelayan di kawasan Bulak, Surabaya dalam mendapatkan bahan bakar solar.
"Alhamdulillah hari ini diresmikan SPBUN, semoga diresmikannya SPBUN ini bisa memberikan manfaat untuk nelayan. Karena nelayan akan mendapatkan harga subsidi untuk solar," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Ia mengatakan, SPBUN ini merupakan program dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia (Kemenkop UKM RI) untuk mendukung kebutuhan nelayan.
Ia bersyukur pembangunan SPBUN pertama di Kota Surabaya ini bisa dibangun cepat sehingga dapat digunakan oleh KUB nelayan di kawasan Bulak, Surabaya.
Ia menjelaskan, harga jual bahan bakar solar di SPBUN khusus nelayan ini sama dengan seperti di Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina lainnya, yakni Rp6.800 per liter.
"Harga di SPBUN inj sama dengan harga yang di SPBU lainnya, karena harga subsidi," katanya.
Pihaknya bersama Kemenkop UKM dan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus akan membangun SPBUN di kampung nelayan Kota Surabaya lainnya. Jika kali ini ada bahan bakar Bio Solar, nantinya akan ada SPBUN Pertalite khusus nelayan di Surabaya.
Ia menjelaskan, sebelumnya telah berdiskusi dengan Eksekutif General Manager PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus), Aji Anom Purwasakti untuk segera membangun SPBUN Pertalite khusus nelayan.
"Dalam waktu dekat, kita juga akan membentuk yang sama seperti ini. Apakah nanti tempatnya jadi satu di sini atau di tempat lainnya, atau mendekatkan dengan nelayan di Medokan Ayu. Karena nelayan di Medokan Ayu kebanyakan menggunakan bahan bakar Pertalite," katanya.
Direktur Management Office Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM RI, Dani Hamdan menyampaikan banyak terima kasih kepada Wali Kota Eri Cahyadi karena telah bergerak cepat (gercep) dalam memenuhi kebutuhan nelayan di Kota Surabaya. Dia berharap adanya SPBUN ini bisa menjamin kebutuhan nelayan dalam mendapatkan bahan bakar.
"Pak Wali ini kepala daerah paling gercep dan responsif memenuhi kebutuhan lahan untuk solusi nelayan. Kami berharapnya di titik kampung nelayan lainnya di Surabaya bisa, khususnya solar subsidi ini bisa terpenuhi ke depannya," ujar Dani.
Dani menyebutkan, jumlah SPBUN di kampung nelayan Indonesia saat ini rasionya masih sangat kecil. Dari data Kemenkop UKM, jumlah SPBUN yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan nelayan di Indonesia hanya ada di 412 titik kampung nelayan. Sementara itu, jumlah kampung nelayan di Indonesia sebanyak kurang lebih 10.700 titik.
"Karena saat ini rasionya masih jomplang ya, kampung nelayan sekitar 10.700-an, berbanding SPBUN yang ada di data kami baru 412 SPBUN. Karena 60-70 persen kebutuhan nelayan itu dikeluarkan membeli bahan bakar solar, nah bayangkan kalau bahan bakar tidak bisa dijangkau atau mahal dan sulit diakses maka hari itu nelayan tidak bisa melaut," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi di Kota Surabaya, Jumat, mengatakan, peresmian SPBUN ini, adalah untuk memudahkan kelompok usaha bersama (KUB) nelayan di kawasan Bulak, Surabaya dalam mendapatkan bahan bakar solar.
"Alhamdulillah hari ini diresmikan SPBUN, semoga diresmikannya SPBUN ini bisa memberikan manfaat untuk nelayan. Karena nelayan akan mendapatkan harga subsidi untuk solar," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Ia mengatakan, SPBUN ini merupakan program dari Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia (Kemenkop UKM RI) untuk mendukung kebutuhan nelayan.
Ia bersyukur pembangunan SPBUN pertama di Kota Surabaya ini bisa dibangun cepat sehingga dapat digunakan oleh KUB nelayan di kawasan Bulak, Surabaya.
Ia menjelaskan, harga jual bahan bakar solar di SPBUN khusus nelayan ini sama dengan seperti di Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina lainnya, yakni Rp6.800 per liter.
"Harga di SPBUN inj sama dengan harga yang di SPBU lainnya, karena harga subsidi," katanya.
Pihaknya bersama Kemenkop UKM dan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus akan membangun SPBUN di kampung nelayan Kota Surabaya lainnya. Jika kali ini ada bahan bakar Bio Solar, nantinya akan ada SPBUN Pertalite khusus nelayan di Surabaya.
Ia menjelaskan, sebelumnya telah berdiskusi dengan Eksekutif General Manager PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus), Aji Anom Purwasakti untuk segera membangun SPBUN Pertalite khusus nelayan.
"Dalam waktu dekat, kita juga akan membentuk yang sama seperti ini. Apakah nanti tempatnya jadi satu di sini atau di tempat lainnya, atau mendekatkan dengan nelayan di Medokan Ayu. Karena nelayan di Medokan Ayu kebanyakan menggunakan bahan bakar Pertalite," katanya.
Direktur Management Office Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM RI, Dani Hamdan menyampaikan banyak terima kasih kepada Wali Kota Eri Cahyadi karena telah bergerak cepat (gercep) dalam memenuhi kebutuhan nelayan di Kota Surabaya. Dia berharap adanya SPBUN ini bisa menjamin kebutuhan nelayan dalam mendapatkan bahan bakar.
"Pak Wali ini kepala daerah paling gercep dan responsif memenuhi kebutuhan lahan untuk solusi nelayan. Kami berharapnya di titik kampung nelayan lainnya di Surabaya bisa, khususnya solar subsidi ini bisa terpenuhi ke depannya," ujar Dani.
Dani menyebutkan, jumlah SPBUN di kampung nelayan Indonesia saat ini rasionya masih sangat kecil. Dari data Kemenkop UKM, jumlah SPBUN yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan nelayan di Indonesia hanya ada di 412 titik kampung nelayan. Sementara itu, jumlah kampung nelayan di Indonesia sebanyak kurang lebih 10.700 titik.
"Karena saat ini rasionya masih jomplang ya, kampung nelayan sekitar 10.700-an, berbanding SPBUN yang ada di data kami baru 412 SPBUN. Karena 60-70 persen kebutuhan nelayan itu dikeluarkan membeli bahan bakar solar, nah bayangkan kalau bahan bakar tidak bisa dijangkau atau mahal dan sulit diakses maka hari itu nelayan tidak bisa melaut," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024